Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menanggapi proses rekonstruksi tragedi Kanjuruhan yang dianggap harus ada pembanding.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengaku pihaknya akan mencari pembanding soal gas air mata yang diklaim menjadi penyebab utama tewasnya ratusan orang dalam tragedi Kanjuruhan.
"Lagi diproses (pembanding gas air mata) sama teman-teman Aremania. Kami sebenarnya bekerja sama dengan teman-teman Aremania yang menemukan (gas air mata)," ujar Anam di Komnas HAM, Jakarta Pusat, Senin (24/10/2022).
Anam menjelaskan suporter Arema FC juga telah bergerak sendiri untuk mengawal hasil lab gas air mata yang diduga menjadi penyebab ratusan orang tewas di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Menurut dia, Komnas HAM juga melakukan pendampingan kepada Aremania yang melakukan uji lab terkait gas air mata tersebut.
"(Aremania) membawa ke lab juga mereka sendiri. Lab-nya dipilih oleh mereka. Sementara Komnas HAM melihat barangnya, bentuknya dan membuat surat untuk ke lab. Itu sebagai satu proses satu yang formal," jelasnya.
Sebelumnya, Komnas HAM melihat penggunaan gas air mata itu menjadi faktor utama penyebab ratusan orang tewas dalam pertandingan sepak bola antara Arema FC Vs Persebaya.
Komnas HAM menilai rekonstruksi tragedi Kanjuruhan juga ada yang janggal terkait tidak ada yang membahas gas air mata.
"Kalau rekonstruksi itu basisnya adalah keterangan tersangka, harusnya memang teman-teman kepolisian, khususnya penyidik menjelaskan bahwa ada basis yang lain," ucap Anam.
Menurutnya, hal lain yang bisa diselidiki penyidik adalah rekaman video yang beredar luas di media sosial terkait tragedi Kanjuruhan.
Dalam video yang viral di media sosial, terlihat bahwa gas air mata memang ditembakkan ke arah tribun penonton yang mana diduga membuat panik.
"Apa basis yang lain? Ya, berupa video yang beredar itu. (Video) yang beredar luas, semua orang melihat bahwa itu memang ada tembakannya ke tribun," imbuhnya. (lpk/nsi)
Load more