Yogyakarta - Kebutuhan finansial untuk memperkuat keamanan kesehatan global berkisar US$ 31 miliar per tahun. “Dua pertiga dari itu bisa berasal dari sumber daya yang ada, tetapi itu menyisakan celah US$ 10 miliar per tahun,” ujar Sekretaris Jenderal World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pertemuan The 1st Health Ministers Meeting (HMM) di Hotel Marriot Yogyakarta, Senin, 20 Juni 2022.
Hingga kini G20 telah mendorong komitmen penggalangan dana darurat sekitar US$ 1,2 miliar, untuk memobilisasi peran FIF. Komitmen itu berasal dari lima negara anggota, dan satu organisasi sosial internasional. Dari Amerika Serikat sebanyak US$ 450 juta, Uni Eropa US$ 450 juta, Jerman 50 juta Euro (US$ 52,7 juta), Indonesia US$ 50 juta, Singapura US$ 10 juta, dan Wellcome Trust US$ 12,3 juta.
WHO bekerja sama dengan Bank Dunia dalam membentuk FIF berdasarkan masukan negara-negara G20. “Usulan kami FIF akan diawasi dewan yang membuat keputusan tentang alokasi dana, didukung oleh panel penasihat teknis,” kata Tedros.
Baik dewan maupun panel penasihat teknis akan didukung Sekretariat bersama Bank Dunia-WHO, yang berbasis di kantor pusat Bank Dunia di Washington, dengan staf yang diperbantukan dari WHO. “Bank akan memberikan kepemimpinan keuangan dan administrasi di sekretariat, beroperasi sebagai perwakilan untuk FIF, memegang dan mentransfer dana bantuan dan menyediakan layanan administrasi,” kata Tedros.
Menurut Tedros, WHO akan memberikan kepemimpinan teknis, mengoordinasikan masukan untuk panel penasihat teknis, dan menyiapkan dokumentasi teknis, rekomendasi, dan laporan yang relevan untuk dewan. Baik Bank Dunia dan WHO akan bertindak sebagai entitas pelaksana, bersama dengan mitra kesehatan global lainnya dengan keahlian yang relevan, termasuk Global Fund, The Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI), Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dan lainnya. (HW/ito)
Load more