Jakarta - Riset para akademisi dalam isu prioritas G20 sebaiknya disesuaikan dengan pembahasan di working group G20. Seluruh riset dengan tujuan menyusun policy brief yang akan disampaikan pada awal Oktober mendatang, sepatutnya disesuaikan dengan pembahasan G20. “Jangan sampai pembahasan di working group ke kiri, risetnya ke kanan, atau isu yang sudah tidak dibicarakan lagi karena tidak mendapatkan persetujuan dari G20 masih dilakukan riset,” kata Co-sous Sherpa G20 Indonesia Ferry Ardiyanto saat menyampaikan keynote speech dalam UI International Conference on G20 di Jakarta, Rabu 15 Juni 2022.
Menurut Ferry, putaran pertama dari working group sherpa track G20 telah dilaksanakan dan beberapa diantaranya sudah mulai memasuki pertemuan putaran kedua dan memulai sesi pernyataan menteri. “Kami akan upload juga di website kita, jadi sering-sering cek web untuk hasil dari beberapa pertemuan working group dan enggagement group,” ujarnya.
Ferry mengapresiasi civitas akademika Universitas Indonesia yang telah membantu penyelenggaraan sherpa meeting di Jakarta pada Desember 2021 lalu. Ia berharap keterlibatan akademisi dan peneliti UI bisa memacu research and development dan memperkecil jarak dan diskoneksi antara konsep dan implementasi serta menjaring kemitraan global dalam dunia pendidikan dan pengetahuan. “Kami berharap kegiatan ini akan memberikan kontribusi dan pencerahan dari para akademisi, peneliti dan pemangku kebijakan lainnya guna menyusun publikasi dan rekomendasi kebijakan,” ujarnya.
Dalam waktu dekat Indonesia akan menyelenggarakan rangkaian pertemuan sherpa dan financial track. Pertama, pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri di Bali pada 8 Juli 2022. Lalu pertemuan sherpa kedua di Labuan Bajo pada 10-12 Juli 2022, serta financial track dengan pertemuan tingkat Deputi Keuangan dan Bank Sentral di Bali pada 13-14 Juli. Pertemuan ini dilanjutkan dengan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral di Bali pada 15-16 Juli. (HW/ree)
Load more