Catatan Salim Said pada bukunya "Dari Gestapu ke Reformasi, Serangkaian Kesaksian", terbitan Mizan 2013, menyebutkan, Syam Kamaruzzaman, yang lahir pada 30 April 1924 di Tuban, Jawa Timur, diketahui pada awalnya bekerja sebagai intel polisi di Pati, Jawa Tengah.
"Atasannya adalah pembesar polisi Kota Pati yang bernama Mudigdo, seorang yang berasal dari keluarga ningrat yang juga kelahiran Tuban. Dokter Tanti yang kemudian menjadi istri D.N. Aidit adalah putri Mudigdo dari perkawinannya dengan perempuan Minangkabau yang bernama Siti Aminah." tulis Salim Said.
Baca juga: Misteri Syam Kamaruzzaman, Tokoh Kunci G30S PKI yang Diduga Agen CIA
Lebih lanjut menurut Salim, Jacques Leclerc, sejarahwan Prancis yang meneliti gerakan Komunisme di Indonesia, menyebut Mudigdo sebagai seorang pengikut setia Amir Sjarifuddin dan berusaha mendirikan Polisi Merah di daerah Pati setelah pecahnya pemberontakan PKI di Madiun, Jawa Timur.
Mudigdo dan pengikutnya ditangkap TNI dan ditembak mati pada 21 November 1948. Leclerc juga menuturkan bahwa istri Mudigdo melanjutkan kegiatannya sebagai aktivis Komunis sampai ditahan setelah pecahnya Gestapu, 1965.
Lalu, bagaimana menjelaskan bahwa seorang jenderal, seorang kolonel, seorang letnan kolonel, dan sejumlah mayor, kapten, dan letnan, secara berjamaah menjadikan diri mereka anak buah seorang sipil dalam sebuah operasi militer yang begitu penting dan rumit?
Dalam catatan Salim Said, pada sidang Mahmillub, Sudisman salah satu toko sentral PKI menegaskan, bahwa Syam berhubungan langsung de ngan D.N. Aidit. Artinya, Sudisman tidak tahu apa persisnya perintah Aidit kepada Syam.
Load more