Tren Berbalik, Data Kemenag Catat Angka Pernikahan Nasional Naik Lagi Sepanjang 2025
- Freepik/bristekjegor
Ia menambahkan, pembinaan pranikah diperkuat melalui berbagai skema, termasuk Bimbingan Remaja Usia Nikah (BRUN) dan Bimbingan Usia Sekolah (BRUS). Program ini menyasar kelompok usia muda sebagai upaya menanamkan pemahaman tentang pernikahan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan sejak dini.
“BRUN dan BRUS menjadi investasi jangka panjang dalam membangun budaya pernikahan yang sehat, karena kesiapan itu perlu ditanamkan jauh sebelum seseorang memasuki usia menikah,” jelasnya.
Pada 2025, Kementerian Agama juga menggelar nikah massal bertajuk Nikah Fest. Kegiatan ini tidak hanya memfasilitasi pernikahan, tetapi juga menjadi sarana edukasi publik mengenai pentingnya pernikahan yang tercatat secara resmi.
Abu juga menyinggung penguatan ekosistem layanan keluarga melalui kegiatan berbasis partisipasi publik, seperti Sakinah Family Run dan Sakinah Fun Walk yang dilaksanakan di sejumlah daerah. Kegiatan tersebut memadukan aktivitas rekreatif dengan layanan edukasi dan konsultasi keluarga.
“Dalam kegiatan seperti Sakinah Family Run, kami menyediakan booth konsultasi pernikahan dan keluarga yang melibatkan fasilitator dan konselor. Masyarakat bisa berkonsultasi langsung terkait kesiapan menikah, komunikasi keluarga, hingga perencanaan rumah tangga,” ujarnya.
Menurut Abu, pendekatan layanan yang lebih dekat dengan masyarakat efektif membangun kesadaran kolektif bahwa pernikahan perlu dipersiapkan secara matang dan dijalani dengan tanggung jawab. Hal ini turut menciptakan iklim yang lebih kondusif bagi pernikahan yang sehat dan tercatat negara.
Selain faktor layanan dan pembinaan, stabilitas sosial serta mulai pulihnya optimisme masyarakat dalam beberapa tahun terakhir juga memengaruhi keputusan untuk menikah. Kondisi tersebut tercermin dalam data pernikahan sepanjang 2025.
“Situasi sosial yang relatif lebih stabil membentuk optimisme, terutama di kalangan generasi muda, untuk melangkah ke jenjang pernikahan,” ujar Abu.
Meski demikian, ia menekankan bahwa kenaikan angka pernikahan perlu disikapi secara proporsional. Kementerian Agama, kata dia, tidak hanya mengejar kuantitas, tetapi juga menaruh perhatian pada kualitas pernikahan dan ketahanan keluarga. “Yang terpenting bukan sekadar angka, melainkan bagaimana pernikahan dijalani secara sehat, bertanggung jawab, dan berkelanjutan,” tegasnya.
Abu menambahkan, data pernikahan yang tercatat dalam SIMKAH menjadi rujukan penting bagi pemerintah dalam membaca dinamika sosial serta merumuskan kebijakan pembinaan keluarga yang lebih tepat sasaran. “Data yang akurat menjadi fondasi kebijakan. Dari SIMKAH, kami dapat melihat dinamika pernikahan nasional secara objektif dan menyeluruh,” katanya.
Load more