Mengaku Dokter Obygn Demi Lancarkan Aborsi Ilegal di Apartemen Basura, Ternyata NS Cuma Lulusan SMA
- Foe Peace/VIVA
Jakarta, tvOnenews.com - Sosok yang selama ini berpura-pura menjadi dokter obgyn dalam praktik aborsi ilegal di Apartemen Basura, Jakarta Timur akhirnya terkuak.
Di balik klaim keahlian yang meyakinkan pasien, perempuan berinisial NS ternyata tidak memiliki latar belakang pendidikan kesehatan sama sekali.
Polisi memastikan, NS hanya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Fakta itu diungkap oleh Direskrimsus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Edy Suranta Sitepu, saat konferensi pers kasus aborsis ilegal pada Rabu (17/12/2025).
Edy menjelaskan hasil penyelidikan terhadap sindikat praktik aborsi ilegal yang beroperasi secara berpindah-pindah di sejumlah apartemen sejak 2022 hingga 2025.
“Background dari pelaku yang tadi mengaku-ngaku dokter, ya, kalau tidak salah di sini adalah saudari NS, ya. Dia tidak mempunyai background kesehatan. Kalau lulusannya, dia lulusan SMA, ya,” ungkap Edy.
Meski tanpa kompetensi medis, NS disebut telah memahami tata cara aborsi karena sebelumnya pernah terlibat sebagai asisten dalam praktik serupa.
Pengetahuan itulah yang kemudian digunakan untuk meyakinkan pasien, meski seluruh tindakan dilakukan secara ilegal dan tanpa standar medis.
“Tetapi dia pernah ikut sebagai asisten, ya, asisten, mungkin juga dulu-dulunya juga mungkin praktik ilegal juga, ya, tapi dia pernah, pernah sebagai asisten untuk melakukan aborsi, ya. Tetapi yang jelas, dia tidak punya, tidak berkompeten dalam bidangnya,” tegas Edy.
Dengan berpura-pura sebagai tenaga medis, NS menjadi bagian dari sindikat aborsi ilegal yang bekerja secara terorganisir.
Mereka menyasar pasien melalui promosi di website, lalu berpindah-pindah lokasi untuk menghindari pengawasan aparat.
“Hubungan mereka ini hubungan kerja sama saja, artinya mereka ini merupakan suatu sindikat,” ujar Edy.
Praktik tersebut dilakukan di apartemen sewaan berjangka pendek, bahkan hanya satu hingga dua hari, menyesuaikan jumlah pasien yang akan dilayani.
“Biasanya mereka menyewa apartemen, dan itu sewa harian atau mingguan saja,” ungkapnya.
Lebih jauh Edy mengatakan, saat penggerebekan, pihaknya mendapati tiga pasien sedang berada di lokasi praktik.
Dari hasil penelusuran awal, tercatat sedikitnya 361 pasien pernah menjalani tindakan aborsi melalui jaringan tersebut.
Load more