Pengakuan Tersangka Kasus Dugaan Pencemaran Nama Baik Jokowi soal Anaknya Pernah Diteror Juru Tikam
- istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Baru-baru ini, tersangka kasus dugaan pencemaran nama baik mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), yang merupakan pegiat media sosial Tifauzia Tyassuma atau yang dikenal sebagai dokter Tifa mengklaim anaknya pernah diteror oleh juru tikam.
Mengenai dugaan ancaman yang diterima keluarganya, Tifa mengatakan kartu tanda mahasiswa milik anaknya pernah disebar.
“Ketika ancaman-ancaman itu terjadi, baik dari diri saya maupun anak-anak, langsung saya viralkan, langsung saya sampaikan di podcast maupun di media TV. Dengan itu, ancaman berhenti dan saya ke Komnas HAM juga dan saya minta LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)," ungkap Tifa dalam podcast yang tayang di kanal YouTube Bambang Widjojanto, Rabu, (26/11/2025).
Bahkan dia bocorkan, bahwa ancaman itu kini telah berhenti. Namun, ketika terjadi, ancaman itu menurut dia luar biasa.
“Karena sampai kepada anak saya itu. Dia kos di apartemen. Artinya akses untuk naik itu terbatas, tapi kamar anak saya bisa dipotret. ‘Ini kamarnya anakmu ya, yang ini,’ tertanda juru tikam. Seram sekali, kan?” jelas Tifa.
Selain teror seperti itu, menurut Tifa, ada beberapa kecelakaan aneh yang menimpa anaknya.
Lalu, dia menyebut ancaman-ancaman itu terjadi ketika masih ada banyak “termul”.
Untuk diketahui, termul adalah istilah yang kerap digunakan oleh pihak yang kontra terhadap Jokowi untuk menyebut pendukung Jokowi.
“Pada saat itu terjadi, termul masih banyak sekali. Kalau sekarang, berdasarkan studi algoritma, termul tinggal 7 persen. Kepercayaan masyarakan terhadap kami 93 persen," ucapnya.
Kemudian, ia ceritakan, saat ia diperiksa, penyidik mempertanyakan kompetensinya dalam melakukan analisis wajah Jokowi.
Lalu, Tifa mengklaim bisa melakukan analisis sebab dia adalah seorang dokter yang menggunakan ilmu dasar dokter, yakni anatomi, fisiologi, dan behaviour (perilaku).
“Saya analisis dari sisi jarak antarmata, kemudian bentuk hidung. Itu adalah kompetensi dasar seorang dokter,” bebernya.
Lalu, untuk menegaskan kompetensinya, Tifa mengatakan dia adalah kandidat dua gelar doktor, yaitu doktor bidang ilmu kedokteran dan ilmu sosial politik.
Dengan menggunakan ilmu perilaku, Tifa menyebut telah meneliti perilaku Jokowi dan hasilnya dimasukkan ke dalam dalam buku Jokowi’s White Paper.
“Perilaku yang bersangkutan, pemilik ijazah yang jadi polemik itu, bicara di tahun 2017 dalam sebuah acara reuni. Ada aspek-aspek atau hal-hal yang menjadi data saya untuk saya terliti,” jelasnya.
Lanjut ia menjelaskan, aspek itu misalnya peristiwa ketika Jokowi menyatakan dosen pembimbingnya di Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah Ir. Kasmudjo. Namun, menurut Tifa, pernyataan Jokowi itu akhirnya dibantah sendiri oleh Jokowi.
“Nah, ini domain saya. Perilaku-perilaku seperti itu, ada tiga ilmu utama yang saya gunakan untuk pengujian,” jelasnya.
Ilmu yang pertama digunakan Tifa adalah assessment at distance.
“Jadi, bagaimana kita melakukan uji terhadap objek kajian kita dalam jarak. Ini secara teknologi mungkin dan sudah saya tuangkan dalam buku saya.”
Lalu, ilmu kedua adalah facial action coding system.
“Ini yang kemudian membuat alat uji kebohongan (lie detector) ketinggalan zaman. Facial action coding system adalah ilmu yang sudah ada aplikasinya. Bagaimana kita bisa meng-capture orang yang sedang bicara, apakah dia jujur atau bohong,” ucapnya.
Adapun ilmu yang terakhir adalah leadership trait analysis. Ia juga mengklaim jika leadership trait analysis dikembangkan dan digunakan, tidak akan ada pemimpin yang bisa berhohong dalam hal apa pun.
“Leadership trade analysis itu melakukan analisis terhadap kebiasaan-kebiasaan, terhadap pola-pola seorang pemimpin. Kita pakai studi kasusnya adalah ijazah,” pungkasnya. (aag)
Load more