Wamenlu Ungkap Angola dan Ethiopia Ingin Belajar Menanam Kopi hingga Kelapa Sawit dari Indonesia
- Syifa Aulia
Jakarta, tvOnenews.com - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Armanatha Nasir mengungkapkan beberapa negara dari Benua Afrika yang menjadi anggota G20 menyatakan ingin belajar pertanian dari Indonesia, salah satunya adalah Angola.
Awalnya, Nasir menjelaskan bahwa di sela gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Johannesburg, Afrika Selatan, pada Sabtu (22/11/2025), Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka menggelar pertemuan pull aside dengan enam kepala negara.
“Itu umumnya membahas bagaimana kita bisa meningkatkan kerja sama bilateral antara negara-negara yang bertemu dengan Bapak Wakil Presiden,” kata Nasir dalam konferensi pers secara daring, Minggu (23/11/2025) waktu Jakarta.
Di sela forum KTT G20, beberapa negara Afrika meminta bertemu Gibran untuk membahas kerja sama di bidang ekonomi.
“Yang menarik adalah beberapa negara Afrika yang sengaja minta ketemu karena mereka ingin meningkatkan hubungan kerja sama ekonomi,” ungkap Nasir.
Sejumlah negara Afrika tersebut ingin menjalin kerja sama ekonomi di bidang pertanian. Nasir mengungkap bahwa Angola secara terbuka menyatakan ingin belajar pertanian kopi hingga kelapa sawit dari Indonesia.
“Di sini hal-hal yang menjadi perhatian mereka justru seperti kerja sama di bidang pertanian atau agrikultur. Tadi, seperti dengan Angola, mereka ingin belajar pertanian seperti kopi, kakao, dan palm oil,” jelasnya.
“Jadi bukan saja terkait hal-hal ekonomi yang bersifat lebih maju, tapi justru fundamental basic. Itu suatu hal yang menarik,” tambah Nasir.
Nasir menyebut negara Ethiopia juga menginginkan kerja sama di bidang yang sama seperti Angola.
“Dan tadi juga selain Angola, juga ada Ethiopia yang juga meminta hal yang serupa,” kata dia.
Adapun pertemuan pull aside yang dilakukan Gibran yakni dengan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed Ali, Presiden Angola Joào Manuel Goncalves Lourenco, Presiden Finlandia Alexander Stubb, Sekretaris Jenderal UNCTAD Rebeca Grynspan Mayufis, hingga Presiden Prancis Emmanuel Macron. (saa/nsp)
Load more