Belajar dari Bimas Hindu Kemenag Lewat Konsep Ekoteologi-Green Dharma
- Istimewa
Salah satu bentuk konkret implementasi nilai keagamaan yang berwawasan lingkungan adalah program Green Dharma yang terinspirasi dari konsep ekoteologi yang digagas Menteri Agama.
Gerakan ini mengimplementasikan konsep ekoteologi lewat berbagai kegiatan nyata seperti penanaman pohon, pelepasan satwa, hingga kampanye lingkungan lain termasuk anti-plastik. Tujuannya adalah menghidupkan nilai-nilai Tri Hita Karana yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.
Melalui Ditjen Bimas Hindu, gerakan ini sebelumnya telah diwujudkan lewat kegiatan penanaman ribuan pohon pada hari suci Tumpek Wariga, pelepasan ikan, burung, dan tukik pada Tumpek Uye, serta kampanye bebas plastik di kampus-kampus.
“Program ini sekaligus mempertegas peran ajaran agama dalam menjaga keseimbangan ekologi dan spiritualitas, serta menjadi bentuk nyata implementasi ekoteologi Hindu di tengah upaya menjaga keberlanjutan bumi,” ujar Nengah.
“Program ini harapannya juga dapat menjadi semacam gerakan nasional yang bisa ditiru umat lain, terutama untuk mempererat kerukunan dan harmoni,” imbuhnya.
Selain bidang lingkungan, Bimas Hindu juga berfokus pada penguatan ekonomi dan ketahanan keluarga umat Hindu.
Program tersebut diwujudkan melalui pendirian 27 Rumah Bina Keluarga Sukinah (RBKS) di berbagai daerah. Konsep Sukinah ini sama dengan istilah Sakinah dalam istilah Islam. Ditambah lagi dengan bantuan usaha ternak dan UMKM di delapan lokasi sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi berbasis dharma.
Pembentukan Badan Dharma Dana Nasional (BDDN) dan penguatan Lembaga Pengembangan Dharma Gita (LPDG) turut menjadi langkah penting dalam mengelola dana punia dan melestarikan seni keagamaan Hindu secara nasional.
Upaya yang dilakukan Kemenag melalui Bimas Hindu adalah ‘wajah’ keseriusan pemerintah dalam merawat kerukunan antarumat beragama sekaligus memperkuat nilai-nilai kebangsaan yang inklusif. (rpi)
Load more