Ini Profil Lengkap dan Rekam Jejak Gemilang Mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang Bertemu Prabowo Bahas Soal Whoosh
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com – Presiden Prabowo Subianto mengakui telah bertemu dengan mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan di Istana Kepresidenan, Senin (3/11) sore. Pertemuan selama dua jam itu disebut salah satunya membahas polemik kereta cepat Whoosh yang kini tengah menjadi sorotan publik.
“Kita tukar-menukar pandangan. Beliau tokoh bangsa. Saya senang bisa berdiskusi dalam banyak hal,” ujar Prabowo di Stasiun Tanah Abang Baru, Jakarta, Selasa (4/11).
Meski begitu, Jonan sempat membantah pembahasan tersebut. Ia menyebut pertemuan itu bersifat silaturahmi dan tidak secara khusus membicarakan persoalan proyek kereta cepat. Namun, publik terlanjur menyoroti kemunculannya, terlebih nama Jonan dikenal lekat dengan dunia perkeretaapian nasional.
Kehadiran mantan Menteri Perhubungan itu pun memunculkan berbagai spekulasi, termasuk kemungkinan dirinya kembali dipercaya memegang posisi strategis di pemerintahan Kabinet Merah Putih.
Profil dan Latar Belakang Ignasius Jonan
Ignasius Jonan lahir di Singapura, 21 Juni 1963, dari pasangan Jusuf Jonan dan istri yang tidak banyak dipublikasikan. Meski lahir di luar negeri, ia berkewarganegaraan Indonesia.
Jonan menamatkan pendidikan menengah di SMA Katolik St. Louis 1 Surabaya, lalu melanjutkan studi di Universitas Airlangga, meraih gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada 1986. Ia kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana di The Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University, Amerika Serikat, dan meraih gelar Master of Arts (M.A) bidang Hubungan Internasional.
Atas dedikasinya di bidang kepemimpinan dan reformasi publik, Universitas Airlangga menganugerahkannya gelar Doktor Kehormatan (Dr. H.C).
Jonan dikenal religius dan aktif dalam kegiatan keagamaan Katolik. Ia menikah dengan Ratnawati Jonan dan dikaruniai dua anak, Monica Jonan dan Caterin Jonan.
Awal Karier dan Transformasi di PT KAI
Sebelum dikenal publik, Jonan berkarier di dunia keuangan. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Citigroup Private Equity (1999–2001), lalu menjadi Direktur Utama PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) selama 2001–2006. Setelah itu, ia dipercaya sebagai Managing Director Citigroup Investment Banking (2006–2008).
Nama Jonan mencuat setelah ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) pada 2009. Di bawah kepemimpinannya, KAI yang dulu dikenal sebagai perusahaan merugi berhasil bertransformasi menjadi badan usaha modern dan menguntungkan.
Jonan menegakkan disiplin, integritas, dan pelayanan publik. Ia menghapus praktik percaloan tiket, memperkenalkan sistem tiket online, melarang merokok di gerbong, serta menggratiskan toilet stasiun — langkah sederhana namun berdampak besar pada citra KAI.
Jika pada 2008 KAI merugi Rp83,5 miliar, maka di awal kepemimpinannya perusahaan berhasil mencetak laba Rp154,8 miliar. Pada 2013, pendapatan melonjak hingga Rp560,4 miliar dengan total aset meningkat dari Rp5,7 triliun menjadi Rp15,2 triliun.
Menjadi Menteri Perhubungan dan ESDM
Kesuksesan Jonan di KAI mengantarkannya ke kabinet Presiden Joko Widodo. Pada 2014, ia diangkat menjadi Menteri Perhubungan. Di posisi itu, ia fokus membenahi keselamatan transportasi, efisiensi birokrasi, dan peningkatan pelayanan publik.
Meski hanya menjabat hingga 2016, banyak kebijakan reformis yang ia terapkan, seperti pengetatan standar keselamatan dan peningkatan layanan transportasi darat, laut, dan udara.
Tak lama setelah reshuffle kabinet, Jonan kembali dipercaya menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Oktober 2016 hingga 2019.
Selama di ESDM, ia turut mengawasi proyek strategis nasional, termasuk proses akuisisi 51% saham PT Freeport Indonesia oleh pemerintah Indonesia. Ia juga berperan dalam memperkuat tata kelola dan kemandirian sektor energi nasional.
Aktivitas Setelah dari Pemerintahan
Usai tidak menjabat sebagai menteri, Jonan aktif di sektor swasta. Ia kini menjabat sebagai Komisaris Independen PT Unilever Indonesia Tbk dan PT United Tractors Tbk, serta Ketua Komite Nominasi dan Remunerasi PT Anabatic Technologies Tbk.
Selain itu, ia juga dipercaya sebagai Ketua Marsh Indonesia, lembaga konsultan risiko internasional.
Atas kiprahnya di dunia manajemen dan kepemimpinan, Jonan menerima penghargaan Chevalier de la Légion d’Honneur dari Presiden Prancis François Hollande pada 2016 — penghargaan tertinggi di negara tersebut.
Kembalinya sosok Ignasius Jonan dalam lingkaran Istana lewat pertemuan dengan Presiden Prabowo menjadi sorotan besar. Di tengah isu strategis soal proyek kereta cepat Whoosh, publik menilai kiprah Jonan yang sarat prestasi dan pengalaman bisa kembali menjadi aset berharga bagi pemerintahan baru. (nsp)
Load more