Kumandangkan Toleransi, Kemenag Gelar Rangkaian “The Wonder of Harmony” Sepanjang November 2025: Ada 18 Agenda Nasional
- tvOnenews.com/Rilo Pambudi
Jakarta, tvOnenews.com - Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) meluncurkan program nasional bertajuk “The Wonder of Harmony” sebagai bagian dari peringatan Hari Toleransi Internasional yang jatuh setiap 16 November.
Sebanyak 18 agenda nasional telah disiapkan untuk mengumandangkan semangat toleransi, memperkuat kerukunan umat beragama, serta menumbuhkan rasa kemanusiaan di tengah keberagaman masyarakat Indonesia.
Program ini diharapkan menjadi gerakan bersama yang menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya hidup berdampingan secara damai dan saling menghormati. Melalui berbagai kegiatan bernuansa budaya, edukatif, dan spiritual, Kemenag ingin menunjukkan wajah keberagamaan Indonesia yang damai, inklusif, dan selaras dengan nilai kemanusiaan universal.
Hal itu disampaikan dalam Konferensi pers peluncuran The Wonder of Harmony yang digelar di Gedung Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu (5/11). Acara tersebut dihadiri Staf Khusus Menteri Agama RI Ismail Chawidu dan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Abu Rokhmad, bersama pejabat eselon II dan awak media nasional.
Keduanya menegaskan bahwa program ini merupakan implementasi konkret dari agenda prioritas nasional sebagaimana tertuang dalam Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden RI, yang menekankan pentingnya harmoni antarumat beragama dan keselarasan dengan lingkungan serta budaya.
Ismail Chawidu menjelaskan, bulan November layak dijadikan momentum nasional untuk memperingati dan meneguhkan semangat toleransi di seluruh Indonesia. Ia menekankan, harmoni antarumat beragama adalah modal penting bagi keberlanjutan pembangunan nasional.
“Toleransi dan kerukunan itu adalah fondasi pembangunan. Tanpa semangat saling menghormati, kita tidak akan bisa menjalankan program pembangunan secara nyaman dan berkelanjutan,” ujarnya.
Ismail menambahkan, Hari Toleransi Internasional yang ditetapkan UNESCO pada 16 November harus dimaknai lebih dari sekadar peringatan tahunan. Menurutnya, peringatan tersebut menjadi kesempatan untuk memperkuat nilai-nilai saling menghargai dan menghormati perbedaan di tengah masyarakat. Ia juga menyoroti pentingnya peran media dalam memperluas pemahaman publik tentang toleransi.
“Media memiliki fungsi edukatif yang sangat besar. Dari media lah interpretasi, kedalaman pemahaman, dan kesadaran masyarakat dapat tumbuh. Kami berharap media terus berperan sebagai ruang dialog, pengawas sosial, dan penggerak literasi toleransi,” kata Ismail.
Load more