Anwar Ibrahim Desak Pemimpin EAS Pilih Dialog, Tolak Konfrontasi: Kita Harus Perbarui Tujuan Bersama
- tvOnenews/Abdul Gani Siregar
Sebagai bagian dari diplomasi inklusif, Malaysia juga telah menampung perwakilan dari 27 kelompok oposisi dan partai etnis di Kuala Lumpur untuk mendorong dialog bersama.
Terkait Laut China Selatan, Anwar menyambut kemajuan penyusunan Code of Conduct (CoC) dan menegaskan bahwa semua sengketa harus diselesaikan dalam kerangka ASEAN dan mitra regional, bukan melalui campur tangan eksternal.
“Begitu terlihat ada kekuatan luar yang memaksakan kehendak, situasi menjadi lebih rumit dan tegang. Sejauh ini, semuanya masih terkendali,” tegasnya.
Anwar menambahkan, semua pihak harus tetap berpegang pada prinsip hukum internasional, khususnya United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982.
Ia juga menyoroti meningkatnya uji coba rudal balistik Korea Utara (DPRK).
“Jika kita menyerukan dialog mulai dari Gaza hingga Ukraina dan Myanmar, maka kita juga tidak boleh menutup pintu keterlibatan dengan DPRK,” kata Anwar.
Dalam kesempatan itu, KTT EAS mengadopsi Kuala Lumpur Declaration untuk memperingati 20 tahun EAS, serta pernyataan bersama tentang peningkatan kesiapsiagaan bencana.
“Kedua dokumen ini membuktikan bahwa keberagaman tidak memecah, dan aksi kolektif tetap menjadi fondasi ketahanan kawasan,” ujar Anwar.
Anwar turut menyambut kehadiran Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa sebagai Guests of the Chair, seraya memuji komitmen keduanya terhadap multilateralisme dan transisi demokrasi.
Malaysia, kata Anwar, berharap dapat memperdalam kerja sama dengan Afrika dan Amerika Latin dalam bidang perdagangan, investasi, dan geopolitik melalui platform ASEAN dan EAS.
KTT ASEAN ke-47 dan Pertemuan Terkait digelar di Kuala Lumpur Convention Centre pada 26–28 Oktober 2025 di bawah kepemimpinan Malaysia sebagai Ketua ASEAN 2025 dengan tema “Inclusivity and Sustainability.” (agr)
Load more