Kematian Kacab BRI Diduga Berkaitan dengan Sindikat Pembobolan Bank Ratusan Miliar, Dana Dilacak Menguap ke Bitcoin
- Tim tvOnenews/Rika Pangesti
Jakarta, tvOnenews.com — Kasus kematian tragis Muhamad Ilham Pradipta, Kepala Cabang (Kacab) BRI yang ditemukan tewas dua bulan lalu, mulai menguak dimensi baru.
Kuasa hukum keluarga korban, Boyamin, menyebut peristiwa itu bukan sekadar penculikan yang berujung maut, melainkan bagian dari jejaring besar pembobolan bank lintas lembaga keuangan yang melibatkan pelaku-pelaku profesional dan oknum dalam industri perbankan.
“Ini bukan sekadar penculikan atau penganiayaan biasa. Kami menduga kuat ini terkait rencana besar pembobolan bank. Ada motif ekonomi besar di balik kematian almarhum,” tegas Boyamin, mewakili keluarga korban saat peringatan dua bulan kematian Ilham di Mapolda Metro Jaya, Selasa (21/10).
Menurut hasil penelusuran tim hukum, sebelum peristiwa terjadi, almarhum Ilham sempat didatangi tiga orang yang berupaya 'membujuk' agar ia bekerja sama dengan kelompok tertentu.
Salah satunya, Deni, pria asal Bandung yang pernah dipenjara karena kasus penggelapan dan dikenal kesulitan ekonomi, disebut bergabung dalam kelompok yang diduga dikendalikan seorang berinisial DH.
“Deni bahkan sempat mengatakan pada sejumlah orang bahwa dia akan ‘kembali kaya raya’. Belakangan kami temukan dia bergabung dengan kelompok pembobolan bank. Dari sini kami melihat, Ilham dibujuk untuk ikut, tapi menolak. Dan penolakannya itu berujung pada kematian,” jelas Boyamin.
Dari data yang dihimpun, kelompok ini diduga terkait dengan serangkaian pembobolan bank besar seperti BNI senilai Rp204 miliar dan beberapa bank lain dengan total mencapai lebih dari Rp450 miliar. Uang hasil bobolan disebut telah diputar dalam bentuk aset digital.
“Diduga dana hasil pembobolan itu dilacak mengalir ke sistem kripto, bahkan sebagian sudah dijadikan bitcoin. Karena itu uangnya sulit dilacak kembali,” ungkap Boyamin.
Ia menilai kasus ini menunjukkan modus baru kejahatan 'kerah putih' kombinasi antara fraud perbankan dan cybercrime dengan pola terorganisir lintas lembaga.
“Ini bukan kerja perorangan. Ini kejahatan yang sistemik, terstruktur, dan sudah merambah banyak bank. Ada kerja sama antara orang dalam dan sindikat IT eksternal,” katanya.
Lebih jauh, Boyamin mengungkap, dari jejak forensik dan keterangan saksi, korban diyakini sudah meninggal akibat patah leher sebelum dibuang ke lokasi penemuan jasad.
Load more