Prabowo Ungkap Akar Pemikiran Ekonominya: Ayah Saya Ajarkan Ambil yang Terbaik dari Sosialisme dan Kapitalisme
- YouTube/Sekretariat Presiden
Jakarta, tvOnenews.com – Presiden RI, Prabowo Subianto, mengungkapkan bahwa arah pandangan ekonominya banyak dipengaruhi oleh sang ayah, tokoh ekonomi nasional Prof. Sumitro Djojohadikusumo, serta nilai-nilai perjuangan keluarga besarnya yang berakar pada semangat anti-kolonialisme dan anti-imperialisme.
Hal itu disampaikan Presiden saat berbicara dalam sesi puncak Forbes Global CEO Conference 2025 di Hotel St. Regis, Jakarta, Rabu (15/10/2025) malam, dalam sesi dialog eksklusif bersama Pimpinan Utama Forbes, Steve Forbes.
Prabowo menuturkan bahwa Sumitro, yang menempuh pendidikan ekonomi di Belanda pada 1940-an, tumbuh dalam masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Kala itu, kata Prabowo, banyak pemimpin di Asia dan Afrika menganut ideologi sosialis karena pandangan tersebut dianggap sebagai gerakan perlawanan terhadap penjajahan.
“Ayah saya bersekolah di Belanda, dan lulus di sana dengan gelar ekonomi. Saat itu, sebagian besar pemimpin negara-negara Asia dan Afrika merupakan penganut sosialis, karena Sosialisme, bahkan Marxisme dan Komunisme, merupakan gerakan yang menentang kolonialisme dan imperialisme,” ujar Presiden Prabowo.
Ia menuturkan, Sumitro yang semasa mudanya dikenal sebagai seorang sosialis dan pernah memimpin Partai Sosialis Indonesia, mulai memperluas pandangan ekonominya setelah ditugaskan ke New York untuk mewakili Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Di Amerika, ayah saya bertemu dan bersahabat dengan banyak pemimpin dan pebisnis yang berkiblat pada Kapitalisme. Namun Kapitalisme yang mereka anut saat itu juga didorong oleh semangat anti-imperialisme dan anti-kolonialisme,” lanjut Prabowo.
Prabowo menambahkan bahwa pengalaman tersebut membuat Sumitro lebih terbuka terhadap berbagai sistem ekonomi, dan pada akhirnya menemukan keseimbangan antara dua kutub ideologi besar dunia: Sosialisme dan Kapitalisme.
“Ketika dia kembali ke tanah air, arah pemikirannya menjadi lebih seimbang. Tentunya ia masih berkiblat pada Sosialisme, tapi juga memahami ada poin penting dari Kapitalisme dan Pasar Bebas,” ungkap dia.
Prabowo kemudian mengenang satu percakapan pribadi yang membekas di masa mudanya. “Saya pernah bertanya kepada ayah saya: apa sistem ekonomi terbaik untuk Indonesia? Ia menjawab, sistem ekonomi terbaik adalah sistem campuran — mengambil yang terbaik dari Sosialisme dan yang terbaik dari Kapitalisme,” ujarnya.
Load more