Bukan Minta Tebusan, Aksi Teror Bom di Sekolah Didalangi ISIS: Kelompok LGBT Jadi Targetnya
- tvOnenews.com/Rizki Amana
Jakarta, tvOnenews.com - Ancaman bom yang belakangan menyasar sejumlah sekolah internasional di Jakarta dan sekitarnya diduga bukan sekadar teror biasa.
Pengamat terorisme Al Chaidar mengungkap, ancaman ini beririsan dengan jaringan lama kelompok ISIS yang dulu sempat menargetkan sekolah internasional pada 2015 lalu.
“Ya, itu terkait dengan jaringan ISIS yang dulu pernah menargetkan JIS di tahun 2015. Kelompok ini sedikit berbeda dengan JAD (Jamaah Ansharut Daulah),” kata Al Chaidar kepada tvOnenews.com, Rabu (8/10/2025).
- Istimewa
Menurutnya, kelompok tersebut memiliki ideologi keras terhadap komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) dan menjadikan sekolah-sekolah internasional sebagai target, dengan dalih ada guru yang berorientasi LGBT di sana.
“Kelompok ini menargetkan kelompok LGBT yang mereka klaim banyak bersembunyi di sekolah-sekolah internasional,” ujar Al Chaidar.
Ia menduga, pelaku memiliki akses internal atau pernah bekerja di sekolah internasional, sehingga mengetahui detail lingkungan target.
“Kemungkinan pelakunya adalah orang yang pernah bekerja di sekolah internasional tersebut,” ujarnya.
Lebih lanjut, Al Chaidar menyebut jaringan ini merupakan kelompok lama pengikut Bahrun Naim, tokoh ISIS asal Indonesia yang tewas di Suriah.
“Kelompok lama ini dulu dikendalikan oleh Bahrun Naim. Sekarang dikendalikan oleh orang baru dengan target yang tetap (LGBT),” ungkapnya.
Motif Uang
Selain motif ideologis, ia juga menyinggung adanya unsur pemerasan digital.
Dalam pola lama, kelompok ini kerap menebar ancaman, memicu kepanikan, lalu meminta tebusan dalam bentuk bitcoin.
“Dulu mereka juga meminta tebusan dalam bentuk bitcoin. Sekarang saya tidak tahu (minta tebusan dalam bentuk apa), tapi biasanya mereka menyebar teror dulu, setelah muncul kepanikan baru minta ransom,” jelas Al Chaidar.
Dalam kasus terbaru, pelaku pengirim pesan ancaman bom di North Jakarta Intercultural School (NJIS), meminta tebusan kripto senilai 30.000 dolar AS.
Pola ini memperkuat dugaan bahwa ancaman bom tersebut menggabungkan motif ideologi dengan motif ekonomi digital.
Menurut Al Chaidar, ancaman seperti ini menandai pergeseran taktik terorisme ke ranah siber.
Load more