Berkata Apa Adanya soal Film G30S PKI, Anak Jenderal Ahmad Yani bilang Kalau Kekejaman yang Diperlihatkan di Film itu Ternyata...
- dok.kolase tvOnenews.com/tvOne-YouTube Deddy Corbuzier
Jakarta, tvOnenews.com- Anak dari Jenderal Ahmad Yani pernah mengungkapkan, seperti apa kekejaman pasukan Cakrabirawa dimalam 30 September atau G30S yang merenggut nyawa sang ayah.
- dok.kolase tvOnenews.com/tvOne-YouTube Deddy Corbuzier
Di mana sejumlah prajurit tewas, akibat kekejaman dari Partai Komunis Indonesia (PKI) di tragedi G30S.
Salah satu Jenderal yang gugur pada tragedi G30S, yaitu Jenderal Ahmad Yani, seorang perwira tinggi militer TNI Angkatan Darat (AD).
Kematiannya pun membuat, Untung Murfeni dan keluarga sedih. Sebab ayah meninggal dengan keadaan yang tidak disangka dan bahkan ia melihat Jenderal Ahmad Yani diseret.
Berdasarkan ceritanya, dikutip dari YouTube Deddy Corbuzier, Anak Ahmad Yani, Untung Murfeni dan Indriyah menceritakan tentang yang terjadi di rumah pada 60 tahun lalu.
Penjagaan yang ketat, sekitar 12 orang. Namun Untung Murfeni mengatakan pasukan Cakrabirawa yang datang sangat banyak dengan bus dan truk.
Ternyata pasukan ini sudah sangat dekat dengan keluarga dan setiap hari datang kerumah untuk menemui Ahmad Yani.
Pasukan Cakrabirawa itu, berjumlah 5 orang meminta kepada anak Ahmad Yani yang paling kecil untuk membangunkan sang ayah yang sedang tidur.
Namun dalam proses kepergian sang ayah yang katanya dipanggil Presiden itu. Ahmad Yani hendak bersiap-siap, namun ia tidak diperbolehkan dan memaksa untuk segera mengikutinya hingga terjadi pertengkaran.
“‘Bapak dipanggil Presiden dan harus segera’. Terus bapak bilang, ‘kan saya harus ganti baju dulu, paling tidak mandi atau cuci muka’, kan gitu,” ungkap Untung Murfeni pada tayangan YouTube Deddy Corbuzier, dikutip Jumat (4/9/2025).
“Ini yang larang pangkatnya apa, Sersan-sersan, Kopral gitu. Itu yang diminta bintang 3 lho. Jauh jaraknya (pangkat). Bentak-bentak Jenderal dia,” jelasnya.
Tak disangka, Pahlawan Revolusi itu terkena tembak. Usai salah satu memerintahkan anggotanya untuk menembak Ahmad Yani dari balik pintu kaca tersebut.
“Langsung salah satu dari mereka itu bilang sama yang namanya Giyani. ‘Giyani tembak!’. Di tembak bener dari belakang, habis tutup pintu itu lah,” ujarnya.
Lebih lanjut, sang anak punya menegaskan situasi yang seperti ditayangkan di Film tidak begitu sesuai dengan kejadian sebenarnya.
Jenderal Ahmad Yani benar-benar diseret selayaknya binatang. Hal itu membekas diingatan Untung dan keluarga.
"Itu diseret kakinya kayak binatang. Ini yang nggak bener, kalau di film di tarik kakinya, diangkat tangannya. Sebenarnya ditarik kakinya langsung dibawa keluar kok,” jelas Untung.
“Sampai depan pintu, salah satu dari mereka dengan senjata terkokang bilang, ‘siapa yang keluar, saya tembak’,” pungkasnya.
Dengan demikian, kejadian sebenarnya di rumah Ahmad Yani yang diceritakan oleh kedua anak sang Jenderal, Untung Murfeni dan Indriyah Ruliati.
Perlu diketahui, Pahlawan Revolusi merupakan gelar untuk sepuluh perwira TNI yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI, kemudian diakui sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan UU No. 20 Tahun 2009.
Para pahlawan revolusi tersebut, adalah Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani, Letjen (Anumerta) Suprapto, Letjen (Anumerta) S. Parman, Letjen (Anumerta) M.T. Haryono, Mayjen (Anumerta) D.I. Panjaitan, Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo, Brigjen (Anumerta) Katamso Darmokusumo, Kolonel (Anumerta) Sugiyono, Kapten CZI (Anumerta) Pierre Tendean, dan AIP II (Anumerta) K.S. Tubun. (klw)
Load more