Soroti Keterlibatan Anak dalam Aksi Anarkis, 202 dari 337 Massa yang Diamankan Masih Dibawah Umur, Ternyata Terhasut Konten Media Sosial
- Julio Trisaputra-tvOne
Jakarta, tvOnenews.com – Polda Metro Jaya menegaskan akan mengusut tuntas kasus penghasutan melalui media sosial yang memicu aksi anarkis di Jakarta belakangan ini.
Salah satu hal yang menjadi perhatian polisi adalah banyaknya anak-anak yang ikut terjerumus dalam kerusuhan akibat hasutan tersebut.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi menjelaskan bahwa para tersangka diduga sengaja menyebarkan ajakan kepada pelajar melalui akun media sosial termasuk dengan menayangkan siaran langsung (live).
"Aksi itu melibatkan anak-anak yang seharusnya berada di sekolah, namun justru hadir di lokasi kerusuhan akibat terhasut oleh konten media sosial,” kata Ade Ary dalam konferensi pers, Selasa (2/9) malam.
Menurut Ade Ary, pada kerusuhan 25 Agustus 2025, polisi mengamankan 337 orang termasuk 202 anak di bawah usia 18 tahun.
"Anak-anak ini sebagian besar datang karena ajakan akun media sosial. Kami lakukan pendataan, konseling, lalu dikembalikan kepada orang tua mereka setelah melibatkan KPAI dan pihak sekolah,” ujarnya.
Hingga saat ini, penyidik telah menetapkan enam tersangka termasuk DMR yang berperan sebagai admin akun Instagram LF serta diduga berkolaborasi dengan akun lain untuk menyebarkan ajakan aksi anarkis.
Tersangka lain seperti MS, SH, KA, RAP dan FL juga memiliki peran masing-masing mulai dari menyebarkan ajakan pengrusakan hingga membuat tutorial bom molotov.
Ade Ary menambahkan imbas dari aksi anarkis yang terjadi belakangan ini tidak hanya berimplikasi pada kerugian materiil dengan nilai kerusakan fasilitas publik mencapai Rp80 miliar. Tetapi juga membahayakan keselamatan anak-anak.
"Ada anak yang bahkan membawa anak panah dan botol untuk dilemparkan ke petugas. Ini sangat berbahaya,” tegasnya.
Polda Metro Jaya memastikan penyidikan dilakukan profesional sesuai SOP dengan fokus pada perlindungan anak sekaligus pengungkapan dalang aksi anarkis.
"Kami akan terus mendalami dan mengembangkan penyidikan agar peristiwa serupa tidak terulang. Bijak bermedia sosial adalah kunci karena pengaruhnya bisa menjangkau berbagai kalangan termasuk anak-anak,” tutup Ade Ary. (rpi/nsi)
Load more