Detik-Detik Warga Hentikan Pengajian di Masjid, Kelompok Itu Tidak Mengakui Ayat Al-Quran
- Istockphoto
Jakarta, tvOnenews.com - Polisi bersama warga menangkap enam anggota kelompok penyebaran ajaran diduga sesat tidak sesuai aqidah Islam di wilayah Kabupaten Aceh Utara.
Kapolres Aceh Utara, AKBP Tri Aprianto mengatakan, dalam mengungkap kasus, tiga dari enam pelaku ditangkap di sebuah masjid.
"Ada enam orang diduga dari kelompok ajaran menyimpang yang diamankan. Tiga diantaranya diamankan di sebuah masjid di Kabupaten Aceh Utara pada 25 Juli 2025," kata Tri dalam keterangannya, Kamis (7/8).
Adapun keenam orang tersebut, yakni berinisial AA (33) dan RB (39), keduanya warga Sumatera Utara. Kemudian, HA (60) dan ME, keduanya warga Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Serta NZ (53), warga Kabupaten Aceh Utara, dan ES (38), warga Jakarta Barat.
Tri menjelaskan, kasus tersebut berawal saat warga melihat pengajian di sebuah masjid, wilayah Lhoksukon, pada 25 Juli 2025. Saat itu warga menghentikan pengajian tersebut, karena diduga menyimpang dari Islam.
Selanjutnya, warga melaporkan hal tersebut ke Polres Aceh Utara. Polisi lalu mengamankan tiga orang. Setelah dilakukan pengembangan, petugas kemudian mengamankan tiga orang lainnya.
"Tiga orang lainnya tersebut diamankan di kawasan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Pidie. Sedangkan barang bukti yang diamankan, yakni kertas berisi potongan ayat, laptop, dan sejumlah buku ajaran kelompok tersebut," ujarnya.
Tri menambahkan, berdasarkan hasil pemeriksaan, kelompok tersebut memiliki puluhan anggota yang tersebar di Provinsi Aceh. Aktivitas kelompok tersebut sudah berlangsung sejak 2012 dan mereka aktif merekrut anggota baru.
Kelompok tersebut menyebarkan ajaran menyimpang dari Ahlussunah Wal Jamaah, di antaranya ada mesias setelah Nabi Muhammad SAW.
"Ajaran kelompok tersebut juga tidak mengakui mukjizat Nabi Isa dan Nabi Musa. Mereka juga tidak mewajibkan shalat lima waktu serta tidak mengakui ayat Al Quran," ujar Tri.
Atas perbuatannya, mereka dikenakan Pasal 18 Ayat (1) dan Ayat (2) jo Pasal 7 Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3), dan Ayat (4) Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2015 tentang pembinaan dan perlindungan aqidah.
"Ancaman hukumannya, cambuk di depan umum paling banyak 60 kali dan paling sedikit 30 kali atau pidana penjara paling lama 60 bulan dan paling singkat 30 bulan," ujar Tri. (ant/dpi)
Load more