Trafik Layanan OTT Meningkat Pesat, ATSI Ungkap Industri Telekomunikasi 'Tekor'
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) menyorot isu yang berkembang mengenai pembatasan layanan WhatsApp Call merupakan pemahaman yang perlu diluruskan.
Menurut ATSI, yang selama ini diusulkan kepada pemerintah bukanlah hanya mengenai pembatasan layanan, melainkan penataan ekosistem digital agar lebih adil, seimbang, dan sesuai dengan regulasi yang sudah berlaku.
Saat ini operator telekomunikasi nasional menghadapi tekanan yang semakin besar akibat meningkatnya trafik dari layanan OTT, terutama panggilan suara dan video berbasis internet, tanpa diikuti kontribusi setara terhadap infrastruktur jaringan yang menopangnya.
Direktur Eksekutif ATSI, Marwan O Baasir menyoroti kondisi masyarakat saat ini yang secara luas menikmati layanan digital OTT secara cuma-cuma.
Namun, ketika terjadi gangguan atau penurunan kualitas layanan, pengguna tidak memiliki saluran resmi untuk menyampaikan keluhan atau menuntut jaminan mutu layanan.
“Sekarang WhatsApp di beberapa negara Asia jatuh (kualitas layanannya). Bisa protes? Enggak bisa. Karena gratis. Sekarang operator yang protes, karena infrastruktur dibangun mereka, tapi OTT yang untung,” kata Marwan, Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Ia menjelaskan bahwa kondisi ini menciptakan ketimpangan berupa penyedia infrastruktur menanggung beban investasi jaringan.
Sedangkan, pihak OTT seperti platform media sosial atau pesan instan memperoleh keuntungan tanpa kontribusi yang setara terhadap sistem.
Marwan menekankan jika OTT mulai memberikan kontribusi finansial terhadap penyelenggaraan layanan digital dinilai akan membuka peluang untuk menjamin mutu layanan yang diterima oleh masyarakat.
Skema tersebut bahkan dapat mencakup mekanisme pengembalian dana (refund) atau peningkatan kualitas jaringan secara menyeluruh.
“Kalau bayar, ada jaminan kualitas, ada jaminan refund. Bukan dari operator, tapi dari OTT-nya,” katanya.
Ia menegaskan bahwa usulan ini bukanlah bentuk pembebanan kepada masyarakat, melainkan upaya mendorong tanggung jawab platform digital besar agar turut menopang pengembangan ekosistem digital nasional yang berkelanjutan.
“WhatsApp, Instagram, Facebook, TikTok sudah jadi darah daging. Tapi, saatnya lah OTT ini juga ikut berkontribusi,” kata dia.
Marwan pun mengklarifikasi bahwa isu ini tidak perlu dipersepsikan secara negatif atau menimbulkan kekhawatiran publik.
Load more