Eks Bareskrim Polri Ungkap Kejanggalan di Hari Kematian Diplomat Muda Arya Daru: kalau Orang Curiga…
- Kolase Tim tvOnenews
tvOnenews.com - Tabir misteri masih menyelimuti kasus kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Arya Daru Pangayunan (ADP), yang ditemukan tak bernyawa di sebuah rumah kos di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Peristiwa ini terus menyita perhatian publik karena banyaknya kejanggalan yang belum terpecahkan hingga kini.
Mendiang Arya Daru ditemukan dalam kondisi kepala terlilit lakban.
Situasi ini menimbulkan tanda tanya besar: apakah ini benar-benar kasus bunuh diri, kecelakaan, atau justru ada unsur kesengajaan dari pihak lain?
Irjen Pol (Purn) Ricky Sitohang, mantan petinggi Bareskrim Polri, turut bersuara dan membedah berbagai kejanggalan yang muncul dalam kasus ini.
Dalam tayangan di kanal YouTube Intens Investigasi, Ricky menyoroti detail penting yang menurutnya patut dicurigai dan diselidiki lebih dalam.
“Kalau kita fokus ini gampang sebenarnya ya. Tapi tinggal bagaimana para penyidik melakukan langkah-langkah fokus,” ujar Ricky.
Ia memulai analisisnya dari rekaman CCTV yang menjadi salah satu sumber informasi utama.
Dalam rekaman tersebut, Arya terlihat keluar untuk membuang kantong plastik sebelum kejadian.
Namun, menurut Ricky, ada yang janggal dalam durasi waktu antara momen tersebut dan kematian korban.
“Kemudian katanya si siapa ini (penjaga kos) menerima telepon dari Jogja. Kemudian dia jawab, tapi dia keliling-keliling. Dia tidak melakukan langkah apa-apa. Kemudian telepon lagi berulang lagi sampai besok paginya. Feeling saya, durasi jeda pada saat terjadinya peristiwa itu sepertinya jeda matinya CCTV,” ungkap Ricky dengan nada serius.
Lebih lanjut, Ricky menyoroti kesaksian penjaga kos yang mengaku menerima telepon dari Yogyakarta pada malam kejadian.
Meski mendapat informasi tersebut, penjaga kos disebut hanya mondar-mandir tanpa melakukan tindakan konkret, seperti mengetuk pintu kamar korban.
Bahkan setelah beberapa panggilan telepon selanjutnya yang terjadi hingga pagi, tidak ada respons atau upaya masuk ke dalam kamar korban.
“Kalau orang curiga, minimal lapor RT atau RW. Ini aneh, malah tidak ada tindakan,” imbuhnya.
Ricky kemudian mengajukan pertanyaan yang menjadi sorotan banyak pihak: apakah mungkin seseorang bisa bunuh diri dengan cara menutup wajahnya sendiri dengan lakban dua lapis?
“Suatu hal yang impossible. Secara logika, kalau seseorang merasa sesak napas, dia akan mencoba membuka lakban itu. Tapi ini tidak terlihat adanya upaya perlawanan,” ujarnya.
Kejanggalan lain juga muncul terkait kondisi kamar korban.
Pintu terkunci dari dalam, tetapi jendela ditemukan terbuka tanpa ada tanda kerusakan.
Ricky mempertanyakan bagaimana jendela bisa dibuka dari luar jika slotnya terkunci dari dalam tanpa dirusak.
"Ada yang janggal di sini enggak mau dibuka-buka ini, berarti si korban dari dalam loh. Kenapa pada saat itu kok buka slotnya dengan cara tidak merusak? Kalau orang panik itu didobrak," ujar Ricky dengan nada mempertanyakan.
Ricky juga membuka kemungkinan bahwa ada orang lain yang sudah berada di dalam kamar sebelum Arya masuk.
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan Arya menjadi korban pembiusan agar lemas dan tidak bisa melawan, sebelum akhirnya tewas dengan kepala terbungkus lakban.
Ia menyebut bahwa laboratorium forensik akan mampu mendeteksi apakah ada senyawa seperti amoniak pada lakban yang digunakan.
"Siapa tahu ada alat untuk membius yang bersangkutan supaya dia lemas dan lain sebagainya. Kemudian lakban itu nanti akan dilihat nanti ada sisa amoniak kalau seandainya betul-betul dengan menggunakan itu. Feeling saya sangat kuat mengatakan tipis kemungkinannya dia bunuh diri,” tegas Ricky.
Meski begitu, ia tidak serta merta menuduh siapa pun.
“Saya tidak memfitnah, tidak menuduh orang. Tapi perlu pendalaman yang jujur dan menyeluruh,” tutupnya.
Pihak keluarga dan publik kini menanti kejelasan kasus kematian Arya Daru, yang masih meninggalkan begitu banyak pertanyaan.
Penyidikan yang cermat dan transparan diharapkan bisa membuka kebenaran yang selama ini tersembunyi. (adk)
Load more