Review Fantastic Four: The First Steps – Kisah Hangat di Tengah Galaksi Kosmik
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Fantastic Four: The First Steps akhirnya resmi tayang di bioskop seluruh dunia, termasuk Indonesia. Film ini membuka babak baru semesta Marvel Cinematic Universe (MCU) lewat pendekatan yang sangat berbeda: lebih lembut, penuh nuansa keluarga, dan jauh dari hiruk-pikuk multiverse yang biasanya melekat dalam kisah-kisah superhero Marvel belakangan ini.
Disutradarai oleh Matt Shakman (WandaVision), dengan naskah dari tim penulis berpengalaman Josh Friedman, Eric Pearson, Jeff Kaplan, dan Ian Springer, film ini membawa penonton ke Earth-828 — semesta alternatif di mana empat tokoh legendaris Marvel, Reed Richards, Sue Storm, Johnny Storm, dan Ben Grimm sudah dikenal sebagai Fantastic Four.
Namun, alih-alih menampilkan kisah origin klasik yang penuh drama dan ledakan kosmik, First Steps justru menyajikan pendekatan yang lebih intim dan manusiawi. Ini bukan sekadar tentang pahlawan berkekuatan super, melainkan tentang keluarga—tentang orang-orang dengan luka, cinta, dan harapan yang saling menjaga satu sama lain di tengah kekacauan.
Retro-Futuristik 1960-an: Nostalgia yang Hidup
Sejak adegan pembuka, Fantastic Four: First Steps sudah memperkenalkan identitas visual yang kuat: gaya retro-futuristik ala tahun 1960-an. Penonton seolah diajak ke masa depan dari masa lalu—di mana desain teknologi menggabungkan warna pastel dengan logam berkilau, kendaraan terbang dengan gaya old-school, dan rumah-rumah yang penuh ornamen geometris klasik. Semua ini terasa seperti surat cinta kepada era komik Fantastic Four pertama kali muncul: tahun 1961.
Tata artistik yang memukau ini diperkuat dengan sinematografi hangat dan alunan musik orkestra yang membawa nuansa melankolis sekaligus heroik. Tidak berlebihan jika banyak yang menyebut film ini sebagai karya seni visual yang nyaris teatrikal. Shakman tahu cara merangkai nostalgia dengan cerita modern tanpa membuatnya terasa kuno.
Karakterisasi: Hangat, Kocak, dan Penuh Hati
Daya tarik utama film ini tidak terletak pada kekuatan super atau pertarungan epik (meski tetap ada, dan menawan), melainkan pada chemistry keempat tokoh utamanya.
Load more