Anak Rentan Putus Sekolah Butuh Perhatian Serius, Bukan Sekadar Janji
- tim tvone - happy oktavia
Jakarta, tvOnenews.com — Potret anak-anak yang terpaksa berhenti sekolah masih menjadi realita di sejumlah kawasan padat penduduk di Indonesia, termasuk Jakarta Utara. Tekanan ekonomi keluarga, keterbatasan akses, hingga hambatan administratif menjadi penyebab utama anak-anak usia sekolah harus meninggalkan bangku pendidikan lebih cepat dari seharusnya.
Banyak dari mereka kemudian beralih ke jalanan, bekerja membantu orang tua, atau hanya berdiam di rumah tanpa kejelasan masa depan. Situasi ini tak hanya berdampak pada tumbuh kembang anak secara fisik dan mental, tetapi juga memperbesar kesenjangan sosial jangka panjang di tengah masyarakat.
Pendidikan yang seharusnya menjadi hak dasar setiap anak justru kerap menjadi barang mahal bagi kelompok marjinal. Di daerah pelabuhan seperti Koja, Cilincing, dan Tanjung Priok, realitas tersebut diperparah oleh minimnya fasilitas belajar yang terjangkau dan fleksibel bagi anak-anak yang terpaksa putus sekolah.
Kondisi ini menjadi pengingat bahwa upaya menjaga anak tetap berada di jalur pendidikan memerlukan solusi yang adaptif, bukan seragam. Salah satunya melalui pendekatan pendidikan alternatif yang inklusif dan terjangkau, yang tidak semata-mata terpaku pada sistem formal.
Sebagai bagian dari kepedulian sosial terhadap anak-anak rentan putus sekolah, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo mendirikan Rumah Belajar ‘Pelindo Prestasi’ di wilayah Jakarta Utara. Inisiatif ini merupakan langkah nyata dalam menyediakan akses pendidikan non-formal untuk anak-anak yang sulit kembali ke sistem pendidikan reguler.
Direktur SDM dan Umum Pelindo, Dwi Fatan Lilyana, menyampaikan bahwa pendekatan inklusif dan fleksibel ini penting untuk menjangkau anak-anak yang selama ini terpinggirkan dari sistem.
“Kami ingin memastikan tidak ada anak yang kehilangan kesempatan belajar hanya karena hambatan struktural atau keterbatasan ekonomi,” kata Lilyana, di Jakarta, Jumat (10/7).
Program ini masuk dalam skema Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pelindo, dan ditujukan bagi anak-anak usia SD dan SMP yang terhambat akses pendidikan. Rumah belajar ini dirancang menjadi ruang aman dan ramah anak dengan kurikulum kontekstual sesuai kebutuhan lokal.
“Pendidikan non-formal tidak boleh asal-asalan. Tutor juga perlu dibekali agar bisa membangun hubungan belajar yang hangat, empatik dan bermutu,” ujar Lilyana dalam kegiatan Pelindo Prestasi Teaching Workshop, yang juga melatih para tutor dan relawan dengan materi metode mengajar kreatif dan teknik penyusunan modul sederhana.
Saat ini, rumah belajar tersebut telah menampung sekitar dua puluh anak dan dikelola oleh pengajar tetap serta relawan komunitas. Pelindo menyatakan bahwa program ini akan diperluas ke kawasan lain, terutama daerah pelabuhan yang berbatasan langsung dengan permukiman padat.
“Bagi kami, ini investasi sosial jangka panjang. Anak-anak ini kelak yang akan menjadi penggerak perubahan di lingkungannya,” pungkas Lilyana.
Load more