Tembok Bolong Jatinegara Dijadikan Tempat Prostitusi, Satpol PP Bocorkan Tempat Eksekusinya
- istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Belakangan ini beredar kabar bahwa tembok bolong Jatinegara dijadikan tempat prostitusi. Namun hal itu dipatahkan Satuan Polisi Pamong Praha (Satpol PP) Jatinegara.
Mereka menjelaksan tembok bolong Jatinegara atau pagar atau tembok pembatas jalur rel yang bolong, di lintas Jatinegara hingga Cipinang, Jakarta Timur tidak digunakan untuk lokasi prostitusi.
Kasatpol PP Jatinegara, Teguh Nurdin Amali mengatakan, bahwa tembok bolong tersebut hanya dijadikan oleh wanita malam sebagai lokasi mangkal untuk melakukan negosiasi dengan pelanggannya.
"Disitu cuma mangkalnya doang, nanti mereka eksekusinya di hotel ataupun di kos-kosan," kata dia saat di hubungi, Sabtu (5/7/2025).
Teguh menjelaskan, para wanita malam itu biasanya nongkrong di warung-warung yang ada di sekitaran lokasi tersebut, dan menunggu pelanggannya datang.
"Seolah-olah eksekusinya di situ karena ditemukan kondom segala macam kan, sebenarnya eksekusinya di luar, di situ hanya mungkin pengenalan terus kesepakatan tarif," jelasnya.
Di sisi lain, berdasarkan hasil pemeriksaan, Tegus menyebut, bahwa penghasilan wanita malam di tembok bolong Jatinegara dapat mencapai Rp300 ribu setiap malam.
"Antara 200 sampai 300, itu kalau lagi rame ya, kalau sepi-sepinya 100 ribu menurut keterangan mereka," tandasnya.
Sebelumnya, Kasatpol PP Jatinegara, Teguh Nurdin Amali mengaku telah mengamankan 7 orang di sekitar pagar atau tembok pembatas jalur rel yang bolong di lintas Jatinegara hingga Cipinang, Jakarta Timur.
Seluruh orang yang berhasil diamankan tersebut terdiri dari pedagang kopi, wanita diduga PSK dan waria.
"Terakhir kita berhasil mengamankan ada 7 ya, tapi 7 juga terdiri dari ya memang ada wanita malam berikut pendagang-pedagang, kemudian juga ada waria," kata dia saat dihubungi, Sabtu (3/7/2025).
Teguh menjelaskan, bahwa berdasarkan hasil penyelidikan pihaknya, mereka berasal dari Jakarta bahkan beberapa di antaranya dari luar daerah seperti Cirebon dan Indramayu.
"Memang kalau dilihat dari KTP-nya ada warga KTP DKI, tapi lebih banyak KTP daerah, ada Cirebon Indramayu. (Usia) 40 sampai 50," jelasnya.
Ia menyebut, kegiatan razia ini merupakan tindak lanjut dari adanya aduan masyarakat yang merasa resah dengan aktivitas di lokasi tersebut. Sehingga pihaknya bergerak cepat untuk mengamankan mereka. (aha/aag)
Load more