Lebih Pilih Belanda Ketimbang Garuda, Winger Keturunan Indonesia Ini Digaji Rp15 Miliar per Tahun
- Instagram @million.m_
Jakarta, tvOnenews.com – Di tengah geliat bursa transfer Eropa dan persiapan besar Timnas Indonesia menatap babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, kabar kurang sedap justru datang dari salah satu pemain keturunan yang sempat diharapkan menjadi amunisi baru Garuda.
Million Manhoef, winger muda yang bermain di Liga Inggris, memilih bertahan di jalur Belanda ketimbang menerima peluang naturalisasi dari Indonesia. Meski memiliki darah keturunan Indonesia-Suriname dan sempat masuk radar PSSI, Manhoef menolak membela Timnas Indonesia dan menegaskan komitmennya kepada Oranje.
Profil Singkat Million Manhoef
Million Manhoef adalah winger kanan berusia 23 tahun yang saat ini membela Stoke City di EFL Championship, kasta kedua Liga Inggris. Pemain dengan kecepatan tinggi dan visi tajam ini memiliki darah keturunan Indonesia-Suriname dari pihak ibu.
Namanya sempat mencuat sebagai kandidat kuat naturalisasi sejak Januari 2025, terlebih saat tim pelatih Timnas Indonesia memantau langsung laga Sunderland vs Stoke City di Inggris.
Namun, impian publik sepak bola nasional harus pupus. Dalam wawancara dengan media Belanda VoetbalPrimeur, Manhoef menyatakan komitmennya tetap bersama Belanda.
"Tentu saja saya lahir di sini dan saya melihat Oranje sebagai suatu kehormatan besar. Nenek saya selalu mengatakan bahwa saya harus menyanyikan lagu kebangsaan (Belanda) dengan sangat baik," tambahnya.
Transfer Mahal, Gaji Fantastis
Manhoef diboyong Stoke City dari Vitesse Arnhem pada Januari 2024 dengan mahar 2 juta euro (sekitar Rp35 miliar). Meski baru bergabung satu musim, ia sudah menjadi pemain reguler dalam skuat utama Stoke.
Ia menerima gaji sekitar £15.000 per pekan atau Rp305 juta, yang berarti gaji tahunannya mencapai lebih dari Rp15 miliar. Gaji tersebut tergolong tinggi untuk pemain seusianya di kasta kedua Liga Inggris.
Sebagai perbandingan, gaji pemain bintang Timnas Indonesia seperti Jordi Amat di Johor Darul Ta'zim (JDT) dilaporkan berkisar antara Rp5–6 miliar per tahun, sedangkan Shayne Pattynama di klub Liga 1 Indonesia diperkirakan berada di kisaran Rp2–3 miliar. Dengan kata lain, Manhoef digaji 3–5 kali lipat lebih besar dibanding rata-rata pemain naturalisasi Timnas Indonesia saat ini.
Statistik Musim 2024/2025 (per Mei 2025):
-
Penampilan: 28 pertandingan
-
Menit bermain: 1.905 menit
-
Gol: 4
-
Assist: 6
-
Akurasi umpan: 82%
-
Dribel sukses per laga: 2,7
-
Nilai pasar: €3,5 juta (setara Rp61 miliar)
Pantauan Klub Eropa dan Potensi Transfer
Performa stabil Manhoef membuat sejumlah klub Premier League mulai meliriknya. Crystal Palace, Brighton & Hove Albion, dan Brentford termasuk yang dirumorkan telah mengirim tim pencari bakat.
Stoke City disebut memasang harga jual di kisaran €6–7 juta jika ada tawaran resmi datang musim panas 2025. Jika transfer itu terjadi, maka nilai pasar Manhoef bisa meningkat dua kali lipat hanya dalam waktu dua musim.
Dengan usianya yang baru menginjak 23 tahun dan fleksibilitas bermain sebagai winger kanan maupun gelandang serang, ia masuk dalam radar bursa transfer Eropa sebagai pemain muda yang potensial untuk investasi jangka panjang.
Timnas Indonesia: Naturalisasi Tak Selalu Mudah
Sikap Manhoef jelas menyentil upaya serius yang dilakukan PSSI dalam merekrut pemain diaspora. Meski memiliki akar keturunan Indonesia, nyatanya tidak semua pemain memiliki ikatan emosional yang kuat terhadap Merah Putih.
“Untuk saat ini saya belum mempertimbangkan untuk pindah ke Indonesia atau Suriname. Saya punya tujuan untuk masuk ke tim utama Belanda,” tegasnya.
Meski demikian, proses naturalisasi tidak berhenti di Manhoef. PSSI kini mengalihkan perhatian ke nama-nama seperti Pascal Struijk (Leeds United) dan Jenson Seelt (Sunderland) yang masih terbuka untuk membela Timnas Indonesia.
Jalan Terjal Garuda Menuju Piala Dunia 2026
Setelah memastikan tiket ke babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, Timnas Indonesia akan menghadapi tim-tim kuat dari kawasan Timur Tengah. Fisik, teknik, dan mental bertanding menjadi faktor utama.
Untuk itu, kedalaman skuad menjadi mutlak. Naturalisasi pemain diaspora dengan kualitas Eropa masih menjadi opsi strategis. Namun, kasus Manhoef menjadi pengingat bahwa proses ini penuh tantangan dan keputusan akhir tetap berada di tangan sang pemain.
Timnas Indonesia membutuhkan pemain yang bukan hanya punya darah Indonesia, tapi juga hati yang bersedia berjuang demi Merah Putih. (han/nsp)
Load more