Kepincut Rayuan Maut Soekarno, Siti Oetari Justru Tak Pernah Disentuh Setelah Menikah
- Istimewa
tvOnenews.com - Kisah pernikahan antara Soekarno dan Siti Oetari merupakan salah satu cerita unik dalam sejarah Indonesia.
Siti Oetari yang sempat terpesona dengan pesona Bung Karno justru menjalani pernikahan tanpa pernah terjalin hubungan fisik seperti pasangan suami istri pada umumnya.
Cerita perkenalan Soekarno dengan Siti Oetari bermula ketika keduanya bertemu di rumah ayah Oetari, Oemar Said Tjokroaminoto, di mana Soekarno kala itu tinggal sebagai mahasiswa.
Soekarno, yang sudah mulai dikenal sebagai tokoh pergerakan, rupanya merasa tertarik pada Siti Oetari yang dikenal sebagai sosok gadis cantik.
- Kolase Tvonenews.com
Ketertarikan itu ditunjukkan dengan cara yang khas Soekarno—dengan rayuan maut yang membuat hati banyak wanita tergerak.
Pada suatu kesempatan, Soekarno mengajak Siti Oetari jalan-jalan untuk menikmati senja.
Sambil duduk bersama di suatu tempat, Soekarno bertanya kepada Siti Oetari, “Lak, tahukah engkau bakal istriku kelak?”
Oetari hanya menggelengkan kepala untuk menanggapi pertanyaan tersebut.
Namun, Soekarno tak berhenti di situ. Ia kembali bertanya, “Kau ingin tahu?,” dan Oetari yang mulai penasaran akhirnya bertanya, “Di mana?”
Dengan senyum penuh keyakinan, Soekarno menjawab, “"Kau ingin tahu? boleh, orangnya dekat sini. Kau tak usah beranjak karena orangnya ada di sebelahku.”
Kala itu, Siti Oetari terkejut dan akhirnya ia pun mengungkapkan perasaannya.
“Aku juga mencintaimu,” ujar Oetari.
Pernikahan mereka pun terjadi setelah momen itu, meski tanpa adanya rasa 'birahi' sebagaimana yang biasanya terjadi dalam hubungan suami istri.
Soekarno sendiri mengungkapkan dalam wawancaranya dengan Cindy Adams bahwa pernikahan dengan Siti Oetari bukan dilandasi oleh rasa cinta yang penuh gairah.
Soekarno bahkan secara blak-blakan mengungkapkan bahwa ia menikahi Siti Oetari hanya karena rasa hormat yang mendalam padanya.
"Sampai ia (Tjokroaminoto) meninggal, ia tidak pernah tahu bahwa aku mengusulkan perkawinan ini hanya karena aku sangat menghormatinya dan menaruh kasihan padanya," ungkap Soekarno kepada Cindy Adams.
Lebih lanjut, Soekarno menjelaskan bahwa pernikahannya dengan Siti Oetari benar-benar tidak memiliki hubungan fisik seperti pasangan suami istri pada umumnya.
“Kami tidur berdampingan di satu tempat tidur, tetapi secara jasmaniah kami sebagai kakak beradik,” ucap Soekarno.
“Bahkan kami satu sama lain sejujurnya tidak memiliki keinginan melakukan sebagai layaknya suami-istri. Maksudku, dia menyukaiku dan aku menyukainya, tapi perkawinan kami bukan didasari rasa birahi menyala-nyala," lanjutnya lagi.
Ia menambahkan bahwa meskipun ada rasa suka di antara mereka, pernikahan itu tidak didasari oleh gairah atau keinginan seksual.
Karena pernikahan yang tidak terjalin secara fisik ini, muncul istilah "janda perawan" yang diberikan kepada Siti Oetari, menggambarkan situasi yang unik dan sedikit bertentangan dengan pandangan umum tentang pernikahan.
Meski hubungan mereka tidak memiliki unsur fisik, Soekarno tetap menunjukkan rasa sayang kepada Siti Oetari.
Ketika Siti Oetari sakit, Soekarno sangat panik dan merawatnya dengan sepenuh hati, menunjukkan bahwa perasaan kasih sayang yang dimilikinya bukanlah karena nafsu, melainkan bentuk penghormatan dan perhatian yang mendalam.
Namun, tak semua orang sepakat dengan penuturan Soekarno tentang pernikahannya dengan Siti Oetari.
Penulis biografi Soekarno, Lambert Giebels, meragukan pengakuan tersebut.
Giebels berpendapat bahwa sebagai seorang wanita muda yang menarik, Siti Oetari tentu memiliki daya tarik yang tak mungkin diabaikan oleh Soekarno begitu saja.
"Bahwa apa yang dikatakan (Soekarno) pada otobiografi itu adalah penghinaan bagi Oetari yang manis dan menarik itu," ujar Giebels.
Walau begitu, kisah pernikahan Soekarno dan Siti Oetari tetap menjadi bagian penting dalam sejarah hidup Bung Karno. (abs/tsy)
Load more