Gilang Bungkus Jarik Diduga Kembali Beraksi, Berburu Sejumlah "Mangsa" di Media Sosial
- X @se*it*ms*bit
Singkatnya, mereka berdua pun akhirnya pindah ke aplikasi pesan WhatsApp.
"Tapi si dia cuma nge-chat hal yang berulang-ulang jadi enggak saya tenggepin. Pikir awal emang orang random aneh aja sih ini. Larut berhari-hari. Dan akhirnya si dia minta lanjut ke WhatsApp. Cape juga saya digituin di Instagram. Mungkin di WhatsApp akan lebih jelas apa maksud dan tujuan si manusia satu ini," cuitnya lagi.
@se*it*ms*bit pun membagikan screenshot percakapannya di WhatsApp dengan Gilang Bungkus Jarik.
Dari pantauan, Gilang Bungkus Jarik tampak menjelaskan apa maksud dan tujuannya menghubungi @se*it*ms*bit.
Gilang Bungkus Jarik pun kembali memperkenalkan dirinya dari setelah dia terkesan "marah-marah" lantaran @se*it*ms*bit slow response karena kesibukannya.
"Bagaimana aku bisa lanjut menjelaskan dan memperkenalkan diri kalau kamu sejak awal sudah susah dihubungi dan tanggapannya tidak ramah?," tulis Gilang Bungkus Jarik saat mengontak @se*it*ms*bit via WhatsApp.
"Coba sejak awal kamu tanggap dan membalas dengan ramah, aku sudah selesai memperkenalkan diri dan menjelaskan," tulisnya lagi.
Setelah itu, Gilang Bungkus Jarik pun memperkenalkan dirinya. Dia mengaku sedang mengerjakan sebuah proyek tulisan lantaran kini dia adalah seorang penulis lepas.
"Perkenalkan. Aku Aprilian Pratama. Aku dari Surabaya sekarang berdomisili di Kalimantan. Setelah melanjutkan studi, aku sekarang punya rutinitas sebagai seorang penulis lepas dan ini tengah mengerjakan salah satu proyek tulisan," kata Gilang Bungkus Jarik.
Percakapan berlanjut, hingga pada akhirnya pertanyaan yang mengarah ke "bungkus-membungkus" pun tiba.
"Kamu selama sekolah atau kuliah pernah praktik mengkafani jenazah?," tanya Gilang Bungkus Jarik.
"Saat kamu mendengar kata dibungkus, apa pikiranmu langsung mengarah ke kematian/jenazah?," kata dia lagi.
@se*it*ms*bit menjawab singkat "Enggak".
"Wajar jika sebenarnya orang berpikiran kalau dibungkus itu berasosiasi dengan kematian atau jenazah. Hal itu karena Indonesia adalah negara mayoritas muslim yang mengenal pembungkusan (pengafanan) untuk jenazah. Coba saja kamu ke Jerman, Prancis atau Amerika. Mereka tidak akan terlintas dalam pikirannya bahwa orang dibungkus itu sama dengan mati," tulis Gilang Bungkus Jarik lagi.
Load more