“Pada saat itu, ada lowongan untuk satpam perempuan di UM Surabaya. Alhamdulillah, saya diterima. Setelah dua tahun bekerja sebagai karyawan tetap, saya memutuskan untuk kuliah di kelas malam karena saya bekerja di pagi hari,” ujar Ragita.
Ayah Ragita, Mulyono, bekerja sebagai sopir truk di pabrik gula di Mojokerto, sementara ibunya, Yuni Eka Winarti, setiap hari berjualan nasi dan kue keliling menggunakan sepeda motor.
Kondisi tersebut membuat Ragita harus pandai mengatur waktu antara pekerjaan dan kuliah.
"Meskipun kuliah dan bekerja sekaligus, saya berusaha menyempatkan diri untuk belajar setelah pukul 3 sore. Kebetulan kuliah dimulai pukul 18.00, jadi saya punya waktu untuk belajar, terutama saat UTS dan UAS,” lanjutnya.
Ragita tak menyangka bisa menyelesaikan studinya tepat waktu. Kini, Ragita berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Bagi saya, keterbatasan finansial bukanlah alasan untuk menghentikan impian kita. Justru, Allah ingin melihat sejauh mana kita bisa bertahan dan berjuang untuk meraih cita-cita,” tutur Ragita.
Load more