Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengumumkan screening kesehatan jiwa akan mulai dilakukan sejak usia sekolah dasar (SD).
Program ini menjadi langkah awal dalam mendeteksi gangguan kecemasan dan depresi yang semakin meningkat di Indonesia.
“Mungkin yang baru-baru ini misalnya screening jiwa, kan dulu kita nggak pernah screening tuh. Sekarang, screening jiwa mulai dilakukan sejak anak SD,” ujar Budi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (5/2/2025).
Keputusan ini diambil setelah survei kesehatan terbaru menemukan bahwa 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami gangguan kecemasan atau depresi.
Budi menjelaskan bahwa screening bertujuan untuk mendeteksi ciri-ciri awal gangguan mental, bukan memberikan diagnosa langsung.
Jika hasil screening menunjukkan potensi masalah, pasien akan diarahkan ke tenaga medis profesional untuk pemeriksaan lebih lanjut.
“Kalau screening kan periksa apakah ada ciri-ciri atau nggak. Sesudah selesai screening, baru didiagnosa oleh ahlinya, lalu nanti diobati,” jelasnya.
Dia juga menegaskan bahwa proses ini mirip dengan pemeriksaan gula darah, di mana jika hasil screening menunjukkan angka tinggi, dokter akan mencari penyebab dan memberikan pengobatan yang sesuai.
Screening kesehatan mental dinilai sangat penting untuk penanganan dini, yang tidak hanya lebih efektif tetapi juga lebih murah dibandingkan pengobatan ketika kondisi sudah parah.
“Yang kita lakukan benar-benar screening di awal. Dengan screening, kita tahu ada potensi tidak sehat dan bisa ditangani lebih cepat serta lebih dini. Itu lebih murah,” ungkap Budi.
Ketika ditanya apakah satu kali screening bisa langsung mendeteksi semua masalah kesehatan mental seseorang, Budi memberi analogi wartawan sebagai contoh kasus.
“Bisa kelihatan, oh ini kira-kira wartawan ini stres apa nggak, anxiety apa nggak,” kata dia.
Langkah ini menjadi bagian dari revolusi kesehatan nasional, sejalan dengan program besar pemerintahan Prabowo dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan screening sejak dini, diharapkan Indonesia bisa lebih siap menghadapi krisis kesehatan mental yang semakin mengkhawatirkan.(agr/lkf)
Load more