Anak Bos Toko Roti yang Aniaya Karyawan Jalani Pemeriksaan Kejiwaan

Jakarta, tvOnenews.com - Pria berinisial GSH (35) yang menganiaya karyawan toko roti, DAD menjalani pemeriksaan kejiwaan di Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Nicolas Ary Lilipaly mengatakan, pihaknya sudah menyerahkan pelaku kepada ahli psikiatri untuk diperiksa kejiwaannya.

"Tersangka GSH, kita serahkan kepada ahli psikiatri untuk melakukan pemeriksaan (kejiwaan). Saat ini tersangka sudah berada di RS Polri Kramatjati dalam rangka observasi dan tindakan-tindakan medis lain yang dilakukan para ahli," kata Kombes Nicolas Ary Lilipaly dalam keterangannya, Jumat (20/12).

Nicolas menjelaskan, polisi tidak bisa menerima hanya berdasarkan keterangan keluarga atau tanpa ada surat dari rumah sakit yang menyebut pelaku mengalami gangguan kejiwaan.

"Saat ini hanya omongan-omongan saja dari keluarga ataupun dari pengacara seperti yang disampaikan ke media. Untuk membuktikan hal tersebut, harus ada keterangan ahli dan psikiatri. Jadi, sampai saat ini belum ada bukti atau keterangan tambahan dari keluarga ataupun dari sendiri ataupun dari pengacara," ujar Nicolas.

Turut diketahui bahwa kasus penganiayaan karyawan toko roti itu berawal saat GSH meminta korban untuk mengantarkan makanan ke kamar pribadinya pada 17 Oktober 2024, padahal itu bukan pekerjaan korban.

"Tersangka meminta kepada korban untuk mengantarkan makanan ke kamarnya, namun korban menolak karena bukan pekerjaannya," ujar dia.

Tersangka merasa kesal hingga terjadi percekcokan yang berujung pada penganiayaan terhadap korban.

Kemudian, GSH melemparkan segala benda yang ada di hadapannya ke arah korban.

Tersangka melakukan pelemparan-pelemparan menggunakan loyang, mesin "Electronic Data Capture" (EDC), kursi besi, dan patung hias yang berada di atas meja.

"Lemparan loyang mengenai pelipis korban sehingga korban terluka," ujarnya.

Saat ini GSH ditahan di Mapolres Metro Jaktim dan dikenakan Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan dengan ancaman maksimal pidana lima tahun. (ant/dpi)