Jakarta, tvOnenews.com - Juru bicara Solidaritas Hakim Indonesia (SHI), Fauzan Arrasyid mengungkapkan kondisi kehidupan para hakim di Indonesia yang tengah memperjuangkan kenaikan gaji.
Hal ini disampaikan dirinya dalam audiensi bersama Mahkamah Agung (MA) RI, Komisi Yudisial, Kementerian Keuangan, dan Bapennas, di Gedung MA, pada Senin (7/10/2024) tentang tuntutan kenaikan gaji hakim.
Menurutnya saat ini jumlah hakim di Indonesia tidak mencapai 10.000 melainkan sekitar 7.000. Adapun yang tergabung dalam audiensi ini ada sebanyak 148 hakim dari berbagai daerah di Indonesia.
“Aksi ini saat ini secara resmi itu terdaftar diikuti oleh 1.700 hakim di seluruh Indonesia dan saat ini sudah ada di Jakarta 148 hakim yang menggunakan hak cutinya, yang harusnya hak cuti itu digunakan bersama istri dan anak-anaknya ini diambil hari ini, mereka ke sini juga menggunakan dana pribadi tidak ada yang kami minta,” kata Fauzan.
Sementara itu Fauzan mengungkapkan untuk memperjuangkan kenaikan gaji ini, para hakim dari berbagai daerah telah mengambil cuti untuk datang ke Jakarta melakukan audiensi. Namun untuk hakim yang tidak memiliki rezeki, mereka berdiam diri di rumah sebagai dukungan solidaritas dalam kegiatan audiensi.
“Teman-teman yang cutinya sudah habis, kami meminta solidaritasnya untuk mengosongkan jadwal sidang sebagai hari duka bagi kami, sebab 12 tahun sekali kami bersuara dan baru ditanggapi,” tukasnya.
“Kami juga menjaga profesionalitas bagi sidang yang sudah dijadwalkan jauh sebelum hari itu tetap kami dorong teman-teman untuk menyelesaikannya karena kami tidak mau dianggap sebagai hakim yang sedang memperjuangkan hak tapi melanggar hak masyarakat mencari keadilan,” sambung Fauzan.
Kemudian Fauzan mengungkapkan bahwa kondisinya saat ini hanya hakim yang diberikan asuransi. Sementara itu untuk para hakim yang memiliki istri dan anaknya dan mereka ditugaskan di luar daerah, tidak mendapatkan BPJS kesehatan.
“Jaminan kesehatan saat ini hakim saja yang dicover oleh asuransi. Sedangkan kami ke daerah, mayoritas kami tinggal di Aceh, ditugaskan ke Sulawesi, Makassar, Papua, bawa anak istri tidak dicover. Dari 12 tahun yang lalu untuk anak dan istri tidak dapat,” ucap Fauzan.
Selain itu dengan suara yang terbata-bata penuh emosional, Fauzan juga mengungkapkan kondisi para hakim di luar banyak yang menyerah. Hal ini dikarenakan para hakim yang tinggal di kos dan bertemu dengan keluarga tiga bulan sekali. Hingga ada yang perlu minum obat penenang.
“Sudah banyak rekan kami yang menyerah, hakim tinggal di kos kasurnya tipis, tiga bulan sekali bertemu dengan anak istri. Ada banyak teman-teman kami yang harus mengkonsumsi obat-obat penenang. Rekan kami juga banyak yang meninggal di kos-kosan yang mulia,” jelas Fauzan.
Kemudian dengan melihat adanya kondisi tersebut, Fauzan meminta agar empat tuntutannya yang disampaikan didengar.
“Kami yakin suara saya tidak bisa mewakili semua, tapi tolong yang mulia berikan kesempatan kepada hakim-hakim yang diruangan ini dan juga rekan hakim yang hadir ke Jakarta untuk menyuarakan. Mohon maaf jika saya sedikit emosional, semoga pesan ini mampu didengar orang tua kami dan pimpinan kami,” ungkapnya. (ars/iwh)
Load more