Hakim juga mempertegas terkait besaran angka biaya operasi yang dikeluarkan oleh PT Timah untuk menghasilkan logam timah per tonnya.
"Ini sudah bicara angka. Sudah dibagi tadi itu US$5.251 dolar per ton. Apakah seperti itu?," tanya gakim.
"Kalau biaya produksi iya (US$5.251 dolar per ton), tapi kalau di BAP kami tidak memisahkan wilayah," jawab Dian.
Saksi lainnya yang juga dihadirkan, Mantan Direktur Operasi PT Timah Periode 2020-2021 Agung Pratama, menyebut biaya yang dikeluarkan PT Timah kepada PT Refined Bangka Tin (RBT) untuk sewa smelter tersebut senilai US$3.055 per tonnya.
"Nyewa smelter per metrik ton ke PT RBT untuk peleburan sekitar US$2.800 dan pemurnian sekitar $255. Jadi semuanya US$3055," jelas Agung di persidangan.
Diketahui, dalam laporan keuangan PT Timah pada tahun 2019 mengalami peningkatan yang signifikan dari sisi pendapatan saat skema sewa menyewa smelter berjalan, yakni Rp19,302 triliun.
Ini meningkat dengan tahun 2018 sebesar Rp11,049 triliun sebelum adanya skema sewa smelter.
Load more