Kesaksian Iptu Rudiana & Suroto soal Kasus Vina Berbeda, Pakar Psikolog Forensik: Saya Khawatir
- tim tvOne
Jakarta, tvOnenews.com - Laporan kesaksian Iptu Rudiana dan Suroto soal lokasi tewasnya Eki dan Vina pada 27 Agustus 2016 berbeda.
Sontak, hal ini menuai sorotan dan komentar dari beberapa kalangan publik.
Salah satunya, Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel, yang menyebutkan, dirinya sudah mencatat adanya tiga kelemahan dalam kasus itu, dan dapat diuji dengan scientific.
Pertama, kata dia, soal validita keterangan tersangka. Kemudian, soal saksi, apakah pengakuannya palsu?
"Ada kemungkinan seperti itu," ujar Reza Indragiri seperti yang dikutip dari youtube Official iNews, Sabtu (8/6/2024).
Lanjutnya mengatakan, apakah ada orang yang memberikan keterangan palsu, karena ada tekanan pihak eksternal.
Kemudian, dia pun ungkapkan, dua pertanyaan mengenai laporan Iptu Rudiana terkait kasus Vina Cirebon.
"Dalam laproan itu sebelum autopsi, Rudiana sudah melaporkan penusukan dengan samurai dilakukan kepada kedua korban," ujar Reza.
Lalu pertanyaan kedua, kata Reza, Rudiana melaporkan kedua meninggal di TKP Jembatan Talun.
Hal ini kata dia begitu berbeda dari keterangan Suroto (50) orang pertama yang menolong Eki dan Vina.
Sementara, kata dia, Mandor Desa Kecomberan, Kabupaten Cirebon itu menuturkan Eki telah meninggal di lokasi kejadian.
Sedangkan Vina meninggal di Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Cirebon.
Nah, menurutnya, laporan Rudiana hanya bisa dikeluarkan otoritas terkait setelah dilakukan autopsi kedua korban.
"Saya khawatir betul laporan Rudiana ke pihak kepolisian berangkat dari keterangan orang yang mengaku-ngaku sebagai saksi," ujar Reza.
Selain itu, ia juga mengkritisi kesaksian Aep yang mengaku melihat Pegi Setiawan melakukan pelemparan kepada Eki dan Vina.
"Saya berdiri di tempat sama sungguh-sungguh musykil orang dari jarak sekian ratus meter dalam kegelapan malam bisa menyaksikan secara jernih apa yang dilakukan oleh siapa pada saat itu," ungkap Reza.
Lanjutnya, Aep merasa takut ingin segera menjauhkan diri dari lokasi tersebut.
Reza lalu mengingatkan efek senjata. Di mana saat seseorang menyaksikan peristiwa mencekam, ada kekerasan dan penganiayaan, maka konsentrasi otak hanya satu hal, yakni menyelematkan diri.
"Lantas pertanyaan bagaimana, seluar biasa apakah dia dalam kondisi takut luar biasa dia melihat secara jernih siapa yang melakukan apa. Kongkritnya Pegi melakukan pelemparan," ungkap Reza.
Load more