“Saya dapat menikmati, langsung saya pikir 'oh menurut pikiran saya Pak Butet ini mengalirkan kemarahannya tapi dengan sangat artistik, dengan luwes, dengan sebuah kreativitas, imajinasi, yang mana ada contohnya yang lain, enggak ada lagi, ya cuma dia,” jelas Megawati.
“(Butet melakukannya) Dengan dzikir, tadi dibilang itu kan. Berarti dia menggunakan rohnya masuk ke pikirannya (ketika membuat karyanya),” lanjutnya.
Dia mengaku sangat ingin memborong semua karya seni yang dipamerkan oleh Butet. Namun, dia memikirkan soal kemampuan uangnya untuk membeli karya-karya itu.
“Saya mau pasang di kantor saya DPP supaya nanti kalo ketemu anak-anak PDI Perjuangan, akan saya ceritakan maksudnya, apa keinginan beliau (Butet) dalam mengekspresikan kemarahan. Ini kan lembut banget nggak teriak-teriak. Jadi, itu, kalau ditanya favorit saya yang mana, itu banyak banget,” jelasnya.
Lebih lanjut, Megawati ingin mendorong pengembangan sekolah seni yang mendorong anak-anak muda Indonesia menghasilkan karya-karya seni yang lebih banyak, tentang Indonesia.
Kata dia, saat ini memang banyak karya seni, tetapi sifatnya hanya populer, cenderung mengikuti tren pasar dunia yang menyenangkan belum tentu menggambarkan Indonesia.
Megawati merasa sekarang ini tidak ada tempat seperti Taman Ismail Marzuki (TIM) sebagai sekolah seni. Dia menilai kegunaan TIM saat ini sudah bergeser.
Load more