Jakarta, tvOnenews.com - Orang tua taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) yang jadi korban diduga penganiayaan senior ungkap amarah setelah mengetahui anaknya meninggal dunia, sebut akan menuntut pihak sekolah.
Sebelumnya, seorang taruna STIP berinisial P (19) dikabarkan meninggal dunia dengan kondisi tubuh mengalami kekerasan. Muncul dugaan P adalah korban penganiayaan oleh senior.
Taruna tersebut ditemukan meninggal dunia dengan kondisi alami kekerasan di kamar mandi STIP. Setelah dilaporkan, polisi lalu melakukan penyelidikan atas dugaan senior yang terlibat penganiayaan.
Terkait hal tersebut, pihak keluarga mengatakan ingin menuntut senior yang terlibat penganiayaan dan pihak STIP.
"Saya mau tuntut yang memukul itu sama pihak sekolah, anak saya sehat-sehat saja tiba-tiba meninggal dunia," kata paman korban, Nyoman Budi Arto di Jakarta, Sabtu (4/5/2024).
Ia pun meminta pertanggungjawaban kampus atas kejadian yang menyebabkan keluarganya meninggal dunia.
Selain itu, Nyoman menegaskan pihak yang telah menganiaya anaknya harus diberi hukuman berat sesuai dengan perbuatannya.
"Saya punya anak dibegitukan, seandainya juga dia punya anak digituin juga bagaimana, saya akan tuntut pihak kampus," kata dia menegaskan.
Ia mengatakan pihak STIP menghubungi dirinya pada Jumat pagi sekitar pukul 09.00 WIB, memberitahukan taruna tingkat satu angkatan 2023 berinisial P meninggal dunia.
P merupakan anak pertama dari tiga saudara yang masuk sebagai taruna sekolah yang berada di bawah Kementerian Perhubungan tersebut.
Berdasarkan keterangan yang ia terima, anaknya itu dibawa ke toilet dan dihajar oleh senior.
"Iya dihajar, tapi tidak jelas apa sebabnya sampai korban dihajar," kata dia.
Ia mengatakan saat menonton di saluran video youtube tidak ada budaya kekerasan di STIP.
Dengan tegas, jika budaya kekerasan atau penganiayaan masih terjadi di STIP maka sebaiknya bubarkan saja sekolah tersebut.
"Katanya yang memukul satu orang tapi itu ada lima saksi dan kami tidak tau itu," kata dia.
Sebelumnya Ketua STIP Ahmad Wahid menyatakan budaya kekerasan atau aksi perpeloncoan senior kepada junior di kampus yang berada di bawah Kementerian Perhubungan tersebut sudah dihapuskan.
Jika ada kekerasan yang terjadi, Wahid mengatakan hal itu di luar kuasa dirinya.
Ia mengatakan dirinya sudah satu tahun di kampus ini dan tidak ada budaya tersebut.
"Budaya itu sudah kami hilangkan, itu murni person to person," kata Wahid. (ant/iwh)
Load more