Varietas ini juga bisa menghemat pupuk 20 persen.
"Bayangkan kalau 100 persen kita gunakan benih ini, kita bisa hemat pupuk untuk padi itu Rp10 triliun. Dan hari ini ada 50 ton akan langsung kami beli, jika dari IPB University sanggup produksi lebih banyak lagi, 50 ribu ton, misalnya, kami juga langsung beli," terang Mentan Amran.
Sementara, Rektor IPB University Prof Arif Satria menyebutkan, varietas unggul baru menjadi salah satu cara bagi pertanian Indonesia untuk menghadapi ancaman perubahan iklim.
"Kami setiap tahun memang selalu melakukan riset, dan selalu menghasilkan varietas unggul, ini baru 9G, yang amfibi, bisa di lahan kering, bisa di lahan sawah. Itu kelebihannya dan produktivitas 9 sampai 11 ton per hektar," jelasnya.
Arif menyatakan, tantangan perubahan iklim bisa ditanggulangi dengan inovasi dan teknologi.
Dia juga menambahkan akan menggandeng seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk bersama-sama memberi kontribusi bagi pembangunan pertanian Indonesia ke depan.
“Kita tidak bisa menyalahkan perubahan iklim, tapi bagaimana kita menyiasati dengan teknologi dan inovasi," katanya.
Untuk itu, IPB menggandeng semua perguruan tinggi di Indonesia untuk bersama-sama dengan Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah mewujudkan tidak hanya swasembada pangan tapi juga Indonesia menjadi eksportir beras di dunia.
Varietas padi IPB 9G memiliki potensi produktivitas yang lebih tinggi dibanding beberapa varietas unggul padi umumnya dan jauh lebih tinggi dari produktivitas padi gogo lokal yang dibudidaya petani.
Keunggulan lain dari varietas IPB 9G ialah bersifat amfibi, selain baik untuk lahan kering/gogo, varietas ini berproduksi baik pula jika ditanam pada lahan sawah irigasi.
Load more