Pada bulan Oktober beredar kembali beberapa modus lama penipuan, yaitu kiriman foto blur atau tak jelas dari kontak WhatsApp tak dikenal serta penipuan, yaitu pemerasan melalui tangkapan layar yang menampilkan alat kelamin pelaku yang mengancam bahwa itu adalah video call sex (VCS). Ini akan disebarluarkan di internet jika korban tidak mau bayar tebusan.
Kebocoran data kembali terjadi pada bulan November dengan target Kementerian Pertahanan. Peretas (hacker) mencuri 1,64 terabita data dan menawarkan untuk menjual dokumen rahasia dan sensitif situs web.
Selain itu, pada hari pertama masa kampanye Pemilu 2024, lebih dari 204 juta data pemilih tetap (DPT) dari situs KPU RI bocor dan dijual di situs gelap.
Pada bulan terakhir 2023, Desember, diwarnai penipuan bermodus PPS Pemilu 2024 digital dalam bentuk APK yang disebarluaskan melalui aplikasi perpesanan WhatsApp. Hal ini juga menjadi perbincangan masyarakat di media sosial.
Teknik rekayasa sosial kedua modus penipuan ini, kata Pratama, akan mengelabui korban sehingga mendorong korban untuk menginstal aplikasi berbahaya tersebut, kemudian meminta akses ke SMS korban. (ant/buz)
Load more