Mamasa, Sulawesi Barat – Semangat anak-anak disebuah Desa terpecil di Kecamatan Mambi, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat ini patut diacungkan jempol. Selain harus berjalan sejauh 2 km untuk sampai ke Sekolah, mereka juga harus bergelantungan di Jembatan gantung yang telah rusak akibat terbawa arus banjir.
Kondisi ini tentu sangat membahayakan mereka, karena sedikit saja mereka salah berpijak atau berpegangan saat bergelantungan di sisi samping Jembatan sepanjang 50 meter, nyawa mereka sebagai taruhanya.
Dini salah seorang siswi Sekolah Dasar (SD) yang setiap harinya harus bergelantungan di jembatan yg telah rusak mengungkapkan, dirinya harus setiap hari menyeberangi jembatan yang rusak agar bisa sampai ke Sekolah.
“Saya dan teman-teman terbiasa bergelantungan di jembatan yang rusak secara bersama-sama.” Jelas Dini.
Bagi warga lainnya yang takut bergelantungan di jembatan rusak tersebut, lebih memilih untuk melintasi sungai dengan berjalan kaki. Itu pun hanya bisa dilakukan, saat air sungai tengah surut seperti pada musim kemarau.
Namun saat musim penghujan tiba dan aliran sungai begitu deras, warga memilih menghentikan segala aktivitas mereka .
Menurut Ridwan, warga Desa Pamoseang, jembatan yang telah rusak dan tidak bisa digunakan lagi adalah satu-satunya akses bagi warga setempat untuk menyeberangi sungai.
"Dulu semua warga menggunakan jembatan yang rusak ini untuk bepergian. Untuk yang berani, mereka menitinya. Namun banyak yang takut melewatinya karena bisa saja terjatuh," ujar Ridwan
Ketika ditanya apakah pernah ada korban yang jatuh ketika melewati jembatan yang rusak, Ridwan menegaskan tak pernah ada dan berharap jangan sampai ada.
Warga desa berharap jembatan yang telah rusak sejak satu tahun terakhir akibat banjir bisa segera diperbaiki. Agar warga dan para pelajar tidak lagi harus mempertaruhkan nyawa mereka setiap hari baik dalam beraktivitas maupun ke Sekolah. (rasman/risal/iman/mii)
Load more