Saya tahu, para kader Demokrat marah dan kecewa, bukan karena Ketumnya tidak jadi Cawapres, tapi karena perjuangan Demokrat telah dilukai oleh mereka yang tidak jujur, serta telah melanggar komitmen dan kesepakatan. Bagi Demokrat, ini sesuatu yang fundamental.
Kita merasakan, daam hiruk pikuk politik menuji Pemilu 2024, seolah etika, integritas pribadi, dan komitmen politik, menjadi tidak penting dan relevan, dalam mencapai tujuan. Ini yang justru menebalkan keyakinan politik saya, bahwa perubahan benar-benar diperlukan; karena demokrasi yang sejati hanya bisa dirawat dan tetap eksis jika hal-hal mendasar tadi tetap dipertahankan.
Penglamanan di TNI mengajarkan kepada kami, untuk senantiasa memegang teguh nilai dan etika keperwiraan. Hal ini adalah modalutama bagi seorang prajurit dalam mengenmban tugas apa pun. Dalam kondisi perang saja, kami diwajibkan untuk memenuhi etika dan aturan. Sehingga perang bukan hanya soal killed or to be killed. Bukan hanya tentang menang atau kalah. Tetapi juga soal cara untuk bisa memenangkan peperangan itu.
Begitu juga dalam berpolitik. Saya rasa semua rakyat Indonesia yang kita perjuangkan ini, sepakat untuk berpolitik secara beretika. Artinya, kita mendambakan praktik-praktik yang baik. Kita juga tidak ingin seolah semuanya bisa, asal tidak boleh kalah. Cra tidak boleh menikam tujuan. Cara juga harus dijiwai oleh tujuan. Begitu pula sebaliknya. Ini adalah pandangan Mahatma Gandhi, yang juga menjadi rujukan utama dari pikiran-pikiran Presiden Soekarno.
Sejak awal, kami memiliki harapan besar terhadap hadirnya sebuah perubahan dan perbaikan. Bukan perubahan biasa, tetapi perubahan yang besar dan fundamental, yang berlandaskan pada nilai-nilai dan etika. Ini tentu membutuhkan kerja keras, kerja sama, dan komitmen dari semua yang ingin melakukan perubahan tersebut. Namun kenyataannya, hal itu tidak mudah untuk diwujudkan.
Komitmen menjadi barang yang langka. Kata maaf dijadikan obat yang murah, untuk pengingkaran atas sebuah komitmen. Ini tentu berbahaya. Jika dibiarkan, bisa menjadi budaya; menjadi sebuah pembenaran. Lambat laun, bisa membentuk karakter bangsa yang tidak bertanggung jawab. Tentu sekali lagi, kami tidak akan membiarkan itu terjadi. Untuk itu, kami tidak akan menyerah, untuk terus memperjuangkan nilai dan etika dalam kehidupan politik dan demokrasi kita.
Saudara-saudara,
Load more