Garam Super di Batas Kota Surabaya, Produksi Skala Nasional

Surabaya, Jawa Timur - Warga Greges Timur, Kecamatan Asemrowo, Surabaya, sukses memproduksi garam dan menjadi sentral industri garam baru di Jawa Timur. Tak jauh berbeda dengan garam madura, kualitas garam yang dihasilkan berwarna putih kristal ini, menjadi ikon garam super di batas kota Surabaya. Tak banyak yang tahu bahwa di kota metropolis seperti Surabaya, masih terdapat lahan produksi garam dengan cakupan produksi skala nasional. Lokasinya berada di sisi barat Kota Surabaya, yaitu Kelurahan Greges Timur, Kecamatan Asemrowo.

Total lahan yang dipakai petani mencapai 20 hektar. Garam di wilayah ini memiliki julukan lain sebagai garam madura di Surabaya. Sebab areal pegaraman di lokasi ini mirip dengan lokasi produksi garam di Pulau Madura. Heri Susanto, salah seorang petani garam menuturkan usaha produksi garam di wilayahnya telah dimulai sejak lama.

“Kami memulai industri ini sejak tahun 70an silam, namun karena tidak ada perhatian dari pemerintah, waktu itu industri garam disini baru diketahui hasilnya lima tahun belakangan ini,” tutur Heri sambil mengeringkan garam mentah di tanganya.

Agar memiliki kualitas yang sama dengan garam Madura, dulunya warga sengaja mengundang petani garam Madura untuk ikut membuka lahan garam dan menggarap lahan pegaraman. Dari sinilah produksi garam terus berlanjut hingga saat ini.

“Ya lumayanlah hasilnya sekarang, tidak kalah dengan kualitas garam Madura, bahkan pabrik industri garam tetap menamai garam kami sebagai garam Madura dari Surabaya,” timpal Heri.

Di lahan pegaraman Greges Timur, pembuatan garam dilakukan dengan dua cara sekaligus. Ada yang menggunakan metode geo membran dan sebagian menggunakan metode konvensional, yakni lantai garam atau kualitas garam paling putih dihasilkan dari metode produksi geo membran. Di penghujung tahun 2021, menurut petani harga garam tergolong baik, sehingga garam Surabaya masuk dalam katagori garam kualitas tinggi.

 “Ya Alhamdulillah garam Surabaya sekarang dihargai oleh sejumlah industri garam nasional,” tutur Mohammad Aziz, buruh pabrik yang kini beralih profesi sebagai petani garam. Garam hasil produksi petani dikumpulkan dan dijual ke pabrikan di sejumlah wilayah di JawaTtimur, seperti Sidoarjo, Surabaya dan Gresik. Setiap hektar lahan garam menghasilkan rata rata 30 ton garam dalam satu musim produksi. (Zainal Azhari/hen)