Banyuwangi, Jawa Timur – Keindahan hamparan bunga matahari di Korea Selatan kini bisa dinikmati di Banyuwangi. Petani di Kabupaten Banyuwangi beramai-ramai menyulap lahannya menjadi lahan bunga matahari. Selain indah, hasil bertanam bunga ini cukup menggiurkan. Harga bijinya bisa menembus Rp16.000 per kilogram. Para petani dari empat kecamatan mulai mengembangkan komoditi ini. Berawal dari tawaran kemitraan produsen kwaci, petani dari beberapa kelompok langsung tertarik untuk berbisnis bunga matahari. Ketika berumur 60 hari, keindahan lahan bunga matahari bisa dirasakan, termasuk menjadi lahan favorit untuk berswafoto.
“Serasa di Korea. Hampir setiap sore, banyak warga, terutama anak muda yang datang. Hanya untuk foto,” kata Abu Hasan, salah satu petani bunga matahari di Desa Sumberkencono, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, Senin (18/10/2021).
Pria ini mengaku, pasar biji bunga matahari cukup jelas, sehingga petani beramai-ramai menanamnya. Budidaya ini pertama kali dikembangkan para petani. Jika harganya stabil, petani akan terus bertahan menanam bunga matahari.
Meski baru memulai, lahan yang disulap menjadi budidaya bunga matahari cukup luas, sekitar 5,7 hektar, tersebar di empat kecamatan, diantaranya, 0,74 hektar di Wongsorejo, 0,25 hektar di Srono, 0,7 hektar di Cluring. Paling luas di Tegaldlimo, mencapai 4 hektar.
“Ini baru uji coba. Ada beberapa kelompok petani yang mulai budidaya bunga matahari untuk diambil bijinya. Nanti diproduksi membuat kuaci,” kata Kabid Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, Ilham Juanda.
Bunga yang ditanam petani pertumbuhannya cukup bagus. Sebab, benihnya unggul, harganya Rp1000 per biji, pohonnya tinggi dan diameter bunganya cukup besar. Hasil panen bisa mencapai 5-8 ton per hektar.
“Ini peluang baru bagi petani, sekaligus menumbuhkan obyek wisata,” tegas Ilham. (Happy Oktavia/hen)
Load more