Cirebon, Jawa Barat – Gong Sekati merupakan salah satu benda pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati Cirebon. Usia seperangkat alat musik berupa gong ini telah berumur ratusan tahun. Masyarakat setempat, khusunya di lingkungan keraton Kanoman Cirebon meyakini jika benda pusaka tersebut harus dicuci setiap Bulan Maulid tiba.
Pencucian gong sekati pun tidak boleh sembarangan, harus menggunkan air khusus yang merupakan campuran abu dan kembang tujuh rupa. Setelah air khusus disiapkan, serabut kelapa dan bata merah yang telah dihaluskan yang berfungsi untuk membersikahkan gong juga menjadi bagian yang tidak boleh ditinggalkan dalam pencucian benda pusaka tersebut.
Sebelum dicuci, Gong Sekati dikeluarkan terlebih dahulu dari Bangsal Pejimatan setelah didahului dengan doa-doa. Kemudian, dibawa ke Langgar dan dibersihkan untuk dimandikan.
Usai dicuci, seperangkat gong ini akan dimainkan pada malam 8 Maulid, sebagai bentuk tradisi dalam memperingati lahirnya nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam.
Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina mengatakan, Siraman Gong Sekati memiliki makna bersih-bersih. Selain secara fisik, juga bersih jiwa juga pikiran.
"Setelah dibersihkan dan ditata, nanti malam akan dibunyikan Gong Sekati. Atau disebut dengan Awit Muni Gong Sekati." Ujarnya
Nantinya gong sekati ini akan dibunyikan selama beberapa hari ke depan.
Sayangnya, seperti yang sering terjadi tiap kali ritual ini dilakukan, Tradisi siraman gong sekati di langgar alit keraton Kanoman, selalu di warnai kericuhan. Seperti yang terjadi pada pencucian gong sekati hari Jumat (15/10/2021) ini, mereka berebut air bekas cucian peralatan Wali Songo tersebut. Bahkan, mereka rela datang jauh-jauh demi mengikuti ritual ini.
Tak ketinggalan, warga yang datang membawa Jeriken, botol air mineral hingga ember untuk mengambil air bekas cucian benda pusaka tersebut. Warga setempat percaya, dengan khasiat dan berkah yang akan datang dari air bekas cucian tersebut.
“Buat tambak, sawah. Supaya hasil tanamnnya bagus, dilindungi dari hama tikus,” ujar inah. (Erfan septyawan/mii)
Load more