Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai pengeboman bunuh diri di sebuah masjid Pakistan merupakan perbuatan nista dan terkutuk karena tidak saja melanggar ajaran agama, tapi juga menistakan kemanusiaan.
“Ini adalah dosa besar,” kata Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Dia mengatakan hal itu sebagai respons atas insiden yang terjadi pada Senin (31/1/2023) itu, yang menewaskan 100 orang, 97 di antaranya adalah polisi.
Dalam keterangan itu, MUI menyampaikan ucapan duka dan belasungkawa pada semua keluarga korban dan pemerintah Pakistan.
"Insya Allah, mereka yang wafat saat melakukan ibadah shalat dimasukkan dalam surga-Nya sebagai syuhada,” kata dia.
Dia mengatakan spekulasi yang berkembang menunjuk kelompok garis keras yang selama ini berhadapan dengan pemerintah, yaitu Tahreek-e Taliban Pakistan, sebagai pelakunya.
Kelompok itu disinyalir terinspirasi oleh Taliban di Afghanistan yang berhasil merebut kekuasaan.
Sukses Taliban Afghanistan itu, katanya, menjadi inspirasi dan motivasi bagi Taliban Pakistan.
“Kelompok ISIS juga dianggap bertanggung jawab atas bom bunuh diri di masjid (tersebut)," kata Sudarnoto, seraya menambahkan bahwa ideologi ISIS adalah kekhalifahan global.
ISIS di Khurasan (ISIS-K), kata dia, juga melakukan teror dan pengeboman di masjid Syiah di Afghanistan beberapa hari setelah Taliban berhasil menguasai Afghanistan.
Kelompok ini dinilai memanfaatkan situasi politik dan keamanan yang memburuk di Pakistan untuk kepentingan ideologi mereka dengan tindakan teror di Pakistan, kata Sudarnoto.
Bagi MUI, siapapun pelakunya dan apapun motifnya, tindakan bunuh diri sekaligus membunuh, menyengsarakan orang banyak, dan merusak ketenteraman, apalagi di tempat ibadah, adalah tindakan pengecut dan tercela, katanya.
Tidak ada alasan sedikitpun untuk membenarkan tindakan brutal ini, kata dia.
Dia mengatakan pengebom masjid adalah teroris, ekstremisme dan musuh bersama semua orang.
“Saya ingin mengingatkan semua orang, apapun agama dan bangsanya, agar terus meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan muncul dan berkembangnya kelompok teroris dan ekstremis ini. Kelompok ini bisa muncul di mana-mana,” kata Sudarnoto. (ant/put)
Load more