Masjid Al Aqsa Diserbu Pejabat hingga Ekstremis Israel di Tengah Suasana Idulfitri
- ANTARA
“Militer Israel menolak mengizinkan saya masuk ke Yerusalem dengan alasan saya tidak memiliki izin yang diperlukan. Saya sudah berusia 71 tahun, dan yang saya inginkan hanyalah salat di Masjid Al-Aqsa,” katanya.
“Saya sangat sedih saat dicegah masuk. Saya berharap bisa berkunjung dan beribadah di masjid, tetapi tentara Israel melarang saya,” tambahnya.
Hal serupa dialami Fatima Awawda, seorang warga negara Amerika berusia 67 tahun dari Deir Dibwan, sebelah timur Ramallah. Ia dihentikan di pos pemeriksaan Qalandiya dengan alasan ada kesalahan dalam izin masuknya.
"Apa yang bisa saya lakukan? Saya punya paspor Amerika, saya sudah tua, tapi mereka tetap menghentikan saya," ujarnya kepada Anadolu.
Ia menambahkan, “Masjid Al Aqsa sangat berarti bagi kami. Itu adalah kiblat pertama umat Islam dan tempat di mana Nabi Muhammad memimpin para nabi lainnya dalam salat.”
Sami Qadomi, pria lanjut usia dari Jayyous, wilayah Qalqilya di Tepi Barat utara, juga mengalami hal yang sama di pos pemeriksaan.
"Saya sudah tua, saya meninggalkan rumah sejak pukul 5 pagi. Semua itu tidak membantu, mereka tetap melarang saya masuk ke Yerusalem," katanya.
Kebijakan pembatasan semakin ketat
Pada 6 Maret, pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu menyetujui pemberlakuan pembatasan lebih ketat terhadap jamaah Palestina yang ingin beribadah di Masjid Al-Aqsa pada Jumat selama bulan Ramadan.
Berdasarkan kebijakan baru ini, hanya pria di atas 55 tahun, wanita di atas 50 tahun, serta anak-anak di bawah 12 tahun yang diizinkan masuk ke Masjid Al Aqsa.
Namun, akses ke masjid tetap bergantung pada izin keamanan sebelumnya serta pemeriksaan ketat di pos-pos pemeriksaan yang telah ditentukan.
Keputusan itu bertepatan dengan meningkatnya aksi penyerbuan harian oleh ratusan pemukim ilegal Israel ke dalam kompleks Masjid Al Aqsa selama bulan suci Ramadan, bersamaan dengan pembatasan yang semakin ketat terhadap pergerakan warga Palestina dari Tepi Barat.
Sejak perang di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, otoritas Israel telah memberlakukan langkah-langkah ketat yang membatasi akses warga Palestina dari Tepi Barat ke Yerusalem Timur.
Load more