Istanbul, tvOnenews.com - Salah satu anggota kelompok pemenang Hadiah Nobel Perdamaian sekaligus penyintas bom nuklir Hiroshima dan Nagasaki, Toshiyuki Mimaki menilai situasi di Gaza, Palestina saat ini seperti negaranya setelah bom tahun 1945 itu.
"Di Gaza, anak-anak yang berdarah dipegang oleh orang tua mereka. Ini seperti di Jepang 80 tahun yang lalu," ujar Mimaki, dalam sebuah konferensi pers di Tokyo, dikutip dari Anadolu, Sabtu (12/10/2024).
Ia mengungkapkan, setelah bom yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki, anak-anak di sana kehilangan ayah dan ibunya.
Mimaki mengatakan, rakyat sebenarnya menginginkan perdamaian. Namun, para elit tidak peduli dan hanya ingin menang.
"Para politisi bersikeras melancarkan perang dengan mengatakan, 'kami tidak akan berhenti sampai kami menang'," tutur Mimaki.
Dirinya menegaskan bahwa bom nuklir tidak akan membawa perdamaian. Sebaliknya, justru menimbulkan kehancuran.
Selain itu, senjata nuklir juga bisa digukana oleh teroris.
“Jika Rusia menggunakannya untuk melawan Ukraina, atau Israel untuk menyerang Gaza, maka hal ini tidak akan berhenti di situ saja,” katanya.
Saat bom atom menyerang Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945, Mimaki masih berusia 3 tahun.
Bom itu menewaskan hingga 140 ribu orang, menjadi persitiwa paling mengerikan yang pernah terjadi di Jepang.
Tiga hari kemudian, bom lain menghantam Nagasaki dan menewaskan 70.000 orang lainnya. Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, mengakhiri Perang Dunia II. (ant/iwh)
Load more