Jakarta, tvOnenews.com - Gaya hidup melajang diduga menjadi faktor utama rendahnya angka kelahiran di Jepang. Hal ini diungkapkan oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kanasugi Kenji di sela-sela acara buka puasa bersama para tokoh Islam Indonesia, di Jakarta, Jumat malam.
“Ini hanya tebakan saya, tetapi saya kira anak-anak muda sekarang membangun gaya hidup mereka sebagai orang lajang,” kata Kanasugi.
Dengan menjadi lajang, anak muda Jepang tidak perlu merasa terbebani dengn tanggung jawab untuk menikah dan punya anak.
“Karena dengan menikah dan punya anak, mereka harus mengubah gaya hidup mereka sepenuhnya sehingga mereka lebih memilih untuk melajang dan menikmati hidup seperti itu,” tutur dia.
Dia pun mengakui bahwa negaranya sedang menghadapi krisis populasi, dengan tingkat kesuburan total atau jumlah rata-rata anak yang akan dilahirkan seorang perempuan seumur hidupnya—yaitu 1,30 pada 2021.
Pemerintah Jepang memperkirakan dengan menurunnya Angka kelahiran di bawah 800.000 pada 2022, akan memicu banyak sekolah di Jepang tutup karena tidak memiliki siswa.
Berdasarkan data pemerintah, sekitar 450 sekolah tutup atau bergabung setiap tahun. Antara tahun 2002 dan 2020, hampir 9.000 sekolah menutup pintu mereka selamanya, hingga mempersulit daerah terpencil untuk menarik penduduk baru dan lebih muda.
Sementara itu Perdana Menteri Fumio Kishida telah memperingatkan bahwa penurunan angka kelahiran menyebabkan Jepang hampir tidak bisa mempertahankan fungsi sosial.
Kishida mengatakan bahwa sebuah badan pemerintah baru akan dibentuk pada April untuk fokus pada masalah ini. Selain itu, Kishida juga ingin pemerintah menggandakan anggaran untuk program terkait anak.(ant/chm)
Load more