Manggarai Timur, NTT- Wajah Yunita Yasinta Onik tampak tegang. Sambil menopang laptop ia duduk selonjoran beralaskan rerumputan. Dari balik semak-semak tempatnya duduk, ia menggerutu tentang sinyal internet yang membuat laptopnya tidak bisa terkoneksi dengan server ANBK.
Bersama 30 orang murid kelas 8 SMP Negeri 11 Kecamatan Lamba Leda Timur Manggarai Timur Nusa Tenggara Timur (NTT), Yunita harus memanjat bukit Golo Ros supaya bisa mengerjakan soal-soal Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) sistem ujian terbaru pengganti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Remaja 14 tahun itu harus berjalan kaki sejauh 2,5 km dari rumahnya yang berada di bawah lembah Wangkar Weli. Menuju bukit Golo Ros memakan waktu 30 menit.
Di atas bukit Golo Ros sinyal internet cukup kencang. Handphone android yang terkoneksi dengan nirkabel LTE (Long Term Evolution) sudah bisa menangkap jaringan 4G termasuk gawai milik Yunita.
Masalah kemudian muncul. Seluruh computer client yang digunakan peserta ANBK tidak bisa tersambungkan dengan Exambrowser klien. Karena gagal login, membuat pusat ANBK tak bisa diakses, akibatnya semua peserta ini tidak bisa mendapatkan soal ujian. Hanya untuk menunggu proses loading mereka rela berpanas-panasan di bawah terik matahari.
“Sudah 2,5 jam mencoba tetap saja tak bisa login. Loading terus menerus lalu reset lagi begitu terus. Dari tadi main pindah tempat cari sinyal yang kencang di atas bukit ini tetap saja hasilnya nihil. Tak satupun soal yang bisa saya buka,” desis Yunita Yasinta Onik kepada tvonenews di Golo Ros, Selasa (5/10).
Sebelum menghadapi ANBK, Yunita sudah bolak-balik melatih kemampuan mengerjakan ujian yang diunduh dari link bank soal. Siswi 14 tahun asal Wangkar Weli ini mengaku kecewa upaya kerasnya berakhir sia-sia.
“Kalau sinyal internet ini bisa 4G tapi tidak bisa login hanya loading putar-putar terus ya percuma dan kami semua stres, Pak,” tuturnya seraya berkata ia dan teman-temanya sampai berpindah lokasi berkali-kali untuk mengukur kekencangan internet.
Keluhan yang sama juga dialami Oktaviani Ayu Miwul. Setelah susah-susah mencari sinyal internet di Golo Ros dia hanya bisa memasukkan user name dan password pada akun ANBK namun gagal login.
“Setelah menulis user name dan password hanya ada tulis loading di laptop setelah itu muncul notifikasi server not found. Kita tekan control CB bersamaan supaya login lagi tapi tetap saja gagal dan akhirnya saya lepas tidak mau coba lagi saya sudah putus asa,” ungkap siswi asal kampung Wuas ini.
Problem pada Server Pusat
Sementara Febrianus Icensi Doni Agus, Proktor ANBK SMPN 11 Lamba Leda Timur mengungkapkan, sebanyak 17 laptop (computer client) yang dipakai pada setiap sesi ujian sudah sesuai spesifikasi ANBK. Demikian juga hotspot yang digunakan peserta sudah kompatibel menggunakan HP android 4G.
“Dipastikan dari server pusat yang bermasalah. Sejak mendapat token dari server ANBK kita langsung coba selama seharian sebelum hari pertama ANBK hasilnya memang gagal login. Sama kasusnya terjadi di 17 komputer client selama dua hari pelaksanaan ANBK. Gagal semua untung hanya 1 orang yang bisa login dan bisa kerja soal,” kata Febrianus.
“Kasusnya begini, setiap komputer client kalau kita login kembali ke semula kembali ke tahap awal begitu terus dari kemarin,” ujarnya menambahkan.
Menurut dia, kendala teknis yang mewarnai pelaksanaan ANBK di sekolah ini sudah dilaporkan secara resmi ke Dinas Pendidikan Manggarai Timur.
"Dari dinas membagi link untuk semua proktor sekaligus untuk melakukan survei untuk menjadi bahan laporan ke pusat,” imbuhnya.
Menurut Febrianus, pelaksanaan ANBK untuk wilayah Manggarai Timur terbagi antara yang online penuh dan semi-online. Tapi idealnya kata dia, untuk sekolah yang tidak memiliki server sekolah sebaiknya memilih sistem semi-online.
“Kalau menurut saya enaknya semi-online karena dia menggunakan satu server setelah data dari komputer client kirim pesan ke server sekolah yang ditunjuk dari 1 server itu kemudian hasil pekerjaan dikirim ke pusat. Tapi kalau full online dari setiap client dikirim sendiri. Komputer proktornya hanya memantau kendala dan koneksi,” cetusnya.
Sekolah Prihatin
SMP Negeri 11 sejak dibangun tahun 2018 hingga kini belum memiliki gedung sendiri. Selama tiga tahun, sekolah negeri ini menumpang KBM di Sekolah Dasar Katolik (SDK) Wae Palo Desa Wangkar Weli.
“Kita KBM-nya setelah jam sekolah SD. Mereka pulang, kita masuk. Jadi kita ambilnya lebih banyak sore hari,” kata Kepala Sekolah SMPN 11, Wilhelmus Vinsen di sela-sela pemantauan ANBK di bukit Golo Ros.
Selain ketiadaan gedung, sekolah ini tidak mempunyai barang inventaris seperti komputer atau laptop. Sementara untuk kebutuhan pelaksanaan ANBK pihak sekolah terpaksa meminjam laptop dari tempat lain. Pulsa internet ditanggung masing-masing peserta.
“Boleh dibilang kita hanya punya semangat. Laptop untuk peserta ANBK pinjam dari mana-mana,” ungkap Wilhelmus.
Mirisnya lagi, gaji para guru yang mengajar di sekolah ini betul-betul mengandalkan belas kasihan orang tua murid karena 10 orang guru yang ada semuanya berstatus guru komite. Hanya kepala sekolah yang PNS.
Kepsek Wilhelmus menceritakan, sekolahnya baru menerima dana BOS pada tahun 2021 itupun uangnya belum cair.
“Tiga tahun mengajar guru-guru komite ini digaji oleh orang tua siswa. Satu orang terima Rp500 ribu per bulan. Nah kalau dana BOS sudah masuk sudah dianggarkan penambahan masing-masing Rp300 ribu. Yang dari orang tua murid terima tiap bulan nanti yang dari BOS dibayar empat bulan sekali,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Manggarai Timur, Basilus Teto, mengaku telah menerima laporan hasil pelaksaan ANBK. Hampir semua SMP menurutnya mengalami gagal login seperti yang terjadi di SMPN 11 Wangkar Weli.
Disampaikan Kadis Teto, gangguan teknis di tingkat lokal ditambah permasalahan pada server pusat akan disampaikan secara resmi kepada panitia ANBK nasional sebagai bahan evaluasi.
Untuk semua peserta ANBK yang gagal login atau tidak bisa megerjakan asesmen diharapkan untuk tidak berkecil hati, karena menurut Kadis Teto, setelah gelombang ANBK pertama ini akan dijadwalkan oleh pusat ANBK perbaikan.
“Sebanyak 140 SMP yang melaksanakan ANBK gelombang pertama, kasusnya sama, masalah pada server pusat. Jadi tidak perlu kecewa karena setelah ini ada gelombang perbaikan,” katanya.
Ke depan, sambung dia, pelaksanaan ANBK perlu dievaluasi kembali menyesuaikan kondisi di masing-masing sekolah.
“Apakah harus semi-online atau online penuh tunggu hasil evaluasi lebih lanjut,” sebut Kadis Basilus Teto.
Secara umum, ANBK adalah penilaian yang dilakukan di setiap jenjang sekolah, mulai dari SD, SMP, SMA/SMK, dan sederajat.
Berbeda dengan UNBK yang dilaksanakan pada akhir tahun sekolah, ANBK dikerjakan di kelas 5 SD, 8 SMP, dan 11 SMA.
Program ANBK tidak akan mengevaluasi capaian murid secara individu, tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil. (Jo Kenaru/act)
Load more