Bagaimana Dasar Mengucapkan Selamat Natal dalam Islam, Begini Kata Cendikiawan Muslim
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Cendekiawan Muslim Indonesia, Bambang Saputra mengungkap dasar mengucapkan selamat Natal bagi seorang muslim dalam Alquran.
Menurutnya, dalam Alquran surat Yusuf ayat 111, terdapat beberapa penjelasan soal kisah-kisah terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka pada masa sekarang.
"Penjelasan kitab suci itu menegaskan tentang betapa pentingnya kesadaran sejarah, sehingga menyampaikan kepada manusia kepada kesadaran spiritualnya akan Tuhan," kata Bambang seusai dihubungi, Minggu (25/12/2022).
Bambang menjelaskan dalam surat Ali Imran ayat 23 mengatakan memang kebanyakan orang-orang yang telah diberi kitab terdahulu, telah banyak mendustakan dan mengingkari kebenaran.
Namun, dia menyebutkan umat Islam selayaknya tidak mudah tersulut untuk enggan mengakui keberadannya.
Sebab, Bambang mengatakan salah satu rukum Iman ialah beriman kepada para Nabi dan Rasul Allah SWT.
"Konsekuensi logis dari beriman kepada para nabi dan rasul itu adalah berikut dengan kitab suci mereka. Akan terasa kurang sempurna keimanan seorang jika hanya mengimani para nabi dan rasul, tapi enggan mengakui kitab suci yang dibawanya," jelasnya.
Selain itu, dia menuturkan hal yang kerap menjadi kontroversial ketika mengucapkan selamat atas kelahiran Isa Almasih, dengan mengucapkan selamat Natal.
Menurutnya, hal tersebut sama halnya dengan merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan penuh keiklasan, karena merupakan utusan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia.
"Ayat Alquran yang selalu menjadi dasar perdebatan mengenai kapan persisnya Isa Almasih dilahirkan terdapat dalam Surah Maryam ayat 25: 'Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu'," tambahnya.
Menurutnya, dalam ayat Alquran ini menggelitik sebagian para pemikir Islam untuk menafsirkan bahwa Isa Almasih dilahirkan pada musim panas. Menurut ilmu alam, pohon kurma berbuah dan siap dipanen itu hanya pada musim panas, yaitu sekitar bulan Juni hingga Agustus.
Bambang mengungkapkan penafsiran demikian itu dalam teori ilmu pertanian modern sekarang sebenarnya tidaklah relevan.
Sebab, kecanggihan teknologi pertanian telah dapat merekayasa kapan pun tanaman bisa berbuah pada masa tertentu sesuai yang diinginkan.
Load more