Cianjur, Jawa Barat - Semangat Siti Nur Azizah (10) bergelora. Rona bahagia bocah kelas IV SDN Pasir Sarongge, Kecamatan Pacet, Cianjur itu tergambar jelas di wajahnya. Pagi ini, dia mengikuti pembelajaran dengan penuh gelak tawa. Begitu pun, teman-teman seusianya.
Pasalnya, Sekolah Darurat yang ia minta langsung kepada Menteri Sosial Tri Rismaharini tempo hari, sudah tersedia. Meski belum sepenuhnya normal, setidaknya, kini dia dapat kembali belajar bersama teman-teman.
"Senang sekali, semangat sekolah lagi karena sudah ada sekolah darurat," kata Azizah saat ditemui usai belajar di Sekolah Darurat, hari ini (3/12).
Berkat Sekolah Darurat yang disiapkan Kementerian Sosial, Azizah sudah mulai kembali bersekolah bersama guru dan teman-temannya dua hari ini, Jumat (2/12) dan Sabtu (3/12).
"Terima kasih Ibu Menteri atas bantuannya. Saya dan teman-teman sangat senang sekali bisa belajar kembali," kata bocah bersuara lugas ini.
Azizah, merupakan satu dari sekian anak penyintas gempa Cianjur yang mengeluhkan tak bisa belajar pasca sekolah mereka ambruk diguncang gempa.
Menurut penuturan Kepala Sentra "Mulya Jaya" di Jakarta, Adrianus Ala, Azizah sempat mencurahkan isi hatinya kepada Mensos Risma saat lokasi pengungsiannya didatangi Mensos, pekan lalu (26/11).
Kepada Risma, dia meminta agar sekolah tempatnya belajar yang rusak akibat gempa bisa segera diperbaiki. Dia mengatakan ingin kembali belajar di sekolah bersama teman-temannya.
"Terkait pembangunan Sekolah Darurat, ini berawal dari keprihatinan pimpinan Kemensos, khususnya Ibu Menteri Sosial, yang pada tanggal 26 November lalu, berkunjung ke Desa Ciputri," kata Adrianus di Cianjur.
Adrianus, yang pada saat itu, juga berada di lokasi, menyaksikan dialog yang terjadi antara Mensos dan Azizah.
"Pada saat itu, (Mensos) sempat berdialog dengan salah satu siswa, anak Siti Nur Azizah, yang merindukan bersekolah kembali," ungkapnya.
Mendengar hal itu, Mensos berjanji sekolah tempat Azizah belajar akan segera diperbaiki. Namun, untuk sementara, pihaknya memohon anak-anak tetap berada di tenda Layanan Dukungan Psikososial (LDP). Di sana, anak-anak tetap bisa belajar sambil menunggu perbaikan sekolah.
Atas permintaan itu, dikatakan Adrianus, Mensos kemudian menginstruksikan seluruh jajarannya yang bertanggungjawab atas lokasi pengungsian di Lapangan Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Cianjur untuk berkolaborasi, bersama merealisasikan permintaan si anak.
"Kami, mulai dari Direktorat PSKBA, Sentra "Mulya Jaya" di Jakarta, Poltekesos di Bandung, sampai teman-teman Tagana, berupaya semaksimal mungkin mendirikan Sekolah Darurat di Sarongge ini," kata dia.
Sejak mendapat instruksi Mensos pada Sabtu (26/11), beberapa keperluan untuk pendirian Sekolah Darurat didorong ke Lapangan Desa Ciputri, diantaranya 3 tenda besar yang digunakan sebagai ruang guru 1 dan ruang kelas siswa 2.
Tiap tenda pada ruang kelas siswa dibagi menjadi 3 sekat untuk ruang-ruang kelas yang lebih kecil sehingga 2 tenda besar yang disiapkan Kemensos mampu menyediakan 6 ruang kelas untuk menampung lebih dari 500 siswa.
Adapun, untuk memberikan rasa nyaman pada saat belajar, tenda-tenda itu diberi alas palet dan triplek, sebelum ditutup terpal dan matras pada bagian atas. Hal ini untuk menghindari sentuhan langsung dengan tanah dan rembesan air jika hujan turun.
Selain itu, fasilitas pendukung lainnya juga terus dilengkapi, seperti papan tulis besar dan kecil di ruang-ruang kelas, toilet dan lampu penerangan solar cell, bahkan ruang khusus ibadah.
"Di sini, kami menyediakan fasilitas pendukung sekolah berupa toilet portable dan tandon air, lampu penerangan solar cell, juga ada rumah edukasi dan bermain di lapangan, serta ruang ibadah," kata dia menambahkan.
Berkejaran dengan Waktu
Seluruh persiapan pendirian Sekolah Darurat diupayakan rampung secepat mungkin mengingat anak sekolah akan menghadapi Ujian Tengah Semester (UTS) pada Senin (5/12) esok.
Terkait hal itu, Sub Koordinator Pemenuhan Kebutuhan Dasar Kemensos, Fahri Isnanta mengatakan pihaknya bersama tim mengupayakan rampungnya persiapan sebelum tiba hari itu.
"Atas dasar pertimbangan dari Dinas Pendidikan bahwasanya Hari Senin, 5 Desember besok, akan dilaksanakan ujian semester, kami sedikit berkejaran dengan waktu untuk menyiapkan sekolah darurat agar bisa segera digunakan," kata Fahri belum lama ini.
Berdasarkan hasil asesmen dia dan tim di lapangan, sejumlah sekolah di wilayah Kabupaten Cianjur mengalami kondisi kerusakan sehingga tidak memungkinkan untuk guru dan siswa kembali melakukan proses belajar mengajar di sana.
Oleh sebab itu, dikatakan Fahri, pendirian Sekolah Darurat untuk anak-anak penyintas bencana belajar, juga menjadi aspek kebutuhan dasar yang prioritas untuk dipenuhi Kemensos.
"Dalam pelaksanaan penanggulangan bencana di Kabupaten Cianjur, beberapa hal menjadi aspek prioritas, salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan dasar anak untuk belajar dan bermain," ucap pria berkacamata ini.
Fahri menyebut Sekolah Darurat untuk SDN Pasir Sarongge di Desa Putri, Kecamatan Pacet menjadi Sekolah Darurat pertama yang didirikan Kemensos di Kabupaten Cianjur pasca gempa.
Menurutnya, dimungkinkan adanya target perluasan Sekolah Darurat di lokasi-lokasi lain. "Ini Sekolah Darurat pertama yang kami dirikan. Sekolah Darurat ini nantinya akan dibangun, tidak hanya di Ciputri, tapi juga di Cariu, Cugenang, dan lain sebagainya. Jadi, lagi disiapin juga di tempat lain ini," kata dia.
Saat berita ini dirilis, Sekolah Darurat untuk SDN Pasir Sarongge telah berdiri dan difungsikan sebagai tempat belajar mengajar selama dua hari, pada Jumat (2/12) dan Sabtu (3/12). Anak-anak pun sudah bisa menikmati suasana pembelajaran di dalam maupun luar kelas.(chm)
Load more