“Karena kalo apa-apa kita biasakan kredit hanya untuk bergaya, nanti khawatirnya di jalan saat tugas melakukan hal-hal di luar kewenangannya, karena ter-pressure harus menuhin cicilan,” katanya.
Tak hanya bijak dalam kesederhanaan, Yehu juga sarat akan prestasi. Sebagai magister di bidang ilmu komputer, ia termasuk sosok yang menggagas ujian SIM berbasis komputer. Kala itu tahun 1998-an, Yehu menjabat sebagai seorang Wakasat Lantas Poltabes Medan.
“Ada anak mahasiswi nangis udah ujian SIM tiga kali nggak lulus-lulus. Saat itu peraturannya kan memang ujian SIM maksimal tiga kali. Begitu saya cek jawabannya dengan sistem komputerisasi, ternyata dia lulus!,” serunya.
Di situlah ia menerangkan pentingnya komputerisasi untuk mengurangi human eror. Selain itu Yehu juga pernah diundang ke Korea Selatan lantaran berhasil menciptakan panic button. Sebuah sistem alarm yang bisa membantu masyarakat saat mengalami kejadian tak diinginkan di jalanan.
“Sayang hingga saat ini belum bisa diterapkan, karena kita belum bisa produksi massal,” ujarnya lirih.
Di internal Polri ia termasuk tim penggagas Aplikasi Riwayat Hidup Personel Polri (RHPP) Mabes Polri yang kemudian dijadikan Satker Info Personel Spers Polri pada tahun 2011. “Sebelum didigitalisasi itu ada banyak yang dobel-dobel datanya,” kata Yehu.
Load more