Namun kini, kata JJ Rizal, banyak warisan Presiden Soekarno menjadi korban vandalisme dengan berbagai macam kepentingan, bertujuan untuk mengkapitalisasi posisi yang strategis.
“Kawasan bersejarah warisan Soekarno dalam 20 tahun terakhir telah jadi korban vandalisme, berbagai kepentingan berebut dengan macam-macam alasan tapi satu tujuannya yaitu mengkapitalisasi posisinya yang strategis, kalau tidak dihentikan maka Jakarta akan kaya infrastruktur tapi miskin karakter,” sindirnya.
JJ Rizal pun turut menyindir PT Transportasi Jakarta yang dinilai rakus dan tidak puas hanya bangun Halte Gigantis di sekitar Bundaran HI, tetapi juga di kawasan Sarinah yang dinilai sebagai salah satu penanda sejarah bahwa Ibu Kota Nasional berbeda dari Ibu Kota Kolonial.
“Seharusnya sebagai bagian dari badan usaha masyarakat Jakarta, PT TransJakarta yang bisnya wara-wiri di ruang bersejarah warisan Soekarno itu berefleksi mengadopsi etos kerja maestro, berkelas dunia, tapi berorientasi kerakyatan serta menjaga sumber inspirasi kota, yaitu warisan sejarahnya,” pungkas Rizal.
Menutup keterangannya, JJ Rizal berharap Anies Baswedan beserta PT TransJakarta berhenti melakukan pembangunan halte yang arogan di kawasan cagar budaya. Rizal tidak ingin pembangunan halte ini menjadi noda di buku sejarah masa pemerintah Soekarno yang kaya akan prestasi.
Kendati demikian, apabila ingin membangun halte setidaknya temukan model arsitektural yang lebih pantas dan menguatkan vista sejarah yang berharga, kaya nilai, serta perlu dirayakan sebagai berkah dari pendiri bangsa. (agr/act)
Load more